Rayap merupakan hewan dari ordo Isoptera yang mudah kita jumpai di dalam rumah dan bangunan lain, karena kegemarannya mengeroti barang serta produk berbahan kayu. Serangga ini dapat dijumpai di negara-negara yang beriklim subtropis dan tropis seperti di Indonesia ini. Di sektor pertanian dan perkebunan, rayap diposisikan sebagai hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman terutama batang dan akar yang jelas akan berdampak negatif kepada hasil panen.
Di perkebunan kelapa sawit, ada dua jenis rayap yang seringkali dijumpai antara lain Coptotermes Curvignathus Holmgren dan Macrotermes Gilvus Hagen. Hewan dari ordo Isoptera ini umumnya menyerang batang, akar dan pelepah daun yang telah mati dan masih hidup. Lahan yang paling beresiko terserang rayap berada di lahan gambut.
Itu sebabnya, tanaman kelapa sawit yang berada di lahan gambut lebih beresiko terserang hama rayap. Serangan rayap jenis Coptotermes Curvignathus merusak jaringan hidup tanaman yang akibat fatalnya mematikan tanaman kelapa sawit. Rayap jenis Macrotermes Gilvus mengganggu jaringan akar sehingga tanaman berpotensi tumbang. Pasalnya, koloni rayap ini akan bergerak di sekitar batang. Kalau rayap ini bergerak jauh dari pohon maka tidak akan mematikan jaringan perakaran sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Umumnya, rayap ini memiliki tanaman muda berusia 2-3 tahun khususnya pada batang dan akar.
Untuk pengendalian rayap, dapat dilakukan dengan tiga pola yakni pengendalian kimia, pengendalian non kimia, serta gabungan pengendalian kimia dan non kimia. Di dalam situs sawit-online, dijelaskan beberapa cara pengendalian antara lain:
Pengendalian non kimia (no chemical control)
Pengendalian non kimia dapat dilakukan dengan teknik budidaya, pengendalian hayati, penghancuran sarang dan penghilangan ratu serta tanaman yang tahan terhadap serangan rayap.
Teknik budidaya persiapan lahan bekas hutan untuk tanaman perkebunan harus menjamin lahan tersebut bukan habitat yang baik untuk rayap. Juga dapat dilakukan dengan memanipulasi kelembaban tanah melalui teknik irigasi. Intensitas hujan dan irigasi berhubungan dengan serangan rayap, karena tingkat aktivitas jelajah rayap meningkat seiring dengan tingginya kelembaban tanah.
Pengendalian hayati, pengendalian, ini diarahkan untuk memanipulasi musuh alami sehingga dapat mengurangi populasi rayap. Pengendalian hayati dapat berupa mengintroduksi musuh alami hama asing, merangsang efek predator dan pathogen dan melepas strain predator ganas atau pathogen yang virulen.
Pengendalian Kimia
Pengendalian rayap untuk kelapa sawit dengan menggunakan bahan kimia dapat menggunakan pengumpanan (baiting) dan isolasi (barrier).
Teknik pengumpanan lebih ramah terhadap lingkungan, spesifik sasaran jenis rayap, mudah dalam aplikasi dan mempunyai kemampuan meminimalisasi koloni secara total. Senyawa kimia (Insektisida) yang digunakan merupakan racun yang berkerja lambat (slow action) sehingga dapat disebar oleh rayap sendiri ke anggota koloni rayap yang bersifat tropolaksis.
Teknik Isolasi- melindungi tanaman dengan bahan kimia (insektisida) dengan tujuan menghalangr rayap masuk kedalam zone perakaran dan meristem batang kelapa sawit. Beberapa kreteria insektisida dipengaruhi oleh persistensi (Degradasi mikrobia, sinar ultra violet dan pH tanah) repelensi.
Kombinasi pengendalian kimia dan non kimia
Pada tanaman muda dilakukan dengan pancarian sarang kemudian dihancurkan. Penghancuran sarang dilakukan dengan cara mekanis, khemis, maupun kombinasi antara keduanya.
Pengendalian rayap diarahkan kepada tanaman kelapa sawit yang terserang. Pengendalian dilakukan dengan cara insektisida. Rayap yang berada dipermukaan luar diberantas dengan disemprot larutan insektisida (bahan aktif klorpirofos)sampai sebasahnya. Rayap yang berada di dalam rongga batang difumigasi dengan bahan aktif Alumunium fosfida (Fumigan racun pernafasan berbentuk tablet yang bisa berubah menjadi gas phospin) sebanyak 3 tablet per pohon, atau diusir dengan menggunakan 5 butir kapur barus. Pengendalian hayati dengan menggunakan nematoda dan jamur Metharrizuium anisopliae dapat pula di ujicobakan. Diharapkan nematoda dan jamur tersebut dapat disebarkan dengan sendirinya oleh rayap yang sudah terinfeksi tetapi belum mati, mulai dari pokok terserang sampai ke sarang utamanya, sehingga semua anggota koloni rayap dapat terinfeksi dan akhirnya mati.
Pengendalian rayap dilakukan dengan membongkar sarang utama dan membunuh semua rayap yang ada di dalamnya, terutama ratunya.
Pembongkaran sarang utama dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul, kemudian diambil ratunya dan dimatikan, sedangkan angota koloni rayap lainnya disemprot dengan menggunakan larutan berbahan aktif Klorpirifos sampai basah. Cara lain juga dapat dilakukan dengan fumigasi menggunakan Almunium Fosfida 2-3 tablet per sarang. Agar dapat dilakukan fumigasi dibuat lubang dengan menggunakan besi bulat dengan diameter 3 cm yang runcing salah satu ujungnya, dari permukaan tanah sampai menembus kedalam sarang utama. Selanjutnya dimasukkan tablet Aluminium fosfida ke dalam sarang utama melalui lubang tersebut, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah. (am)