JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Republik Indonesia mendorong pemanfaatan hasil riset khususnya dalam pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan industri khususnya industri batik.
Acara Sosialisasi dan Workshop Penggunaan Malam Berbahan Turunan Minyak Sawit Pada UKM Batik Acara ini dilaksanakan atas kerjasama BPPT dan BBKB dengan dukungan pendanaan oleh BPDPKS.
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya Melalui sosialisasi produk formulasi lilin batik dari sawit kepada para pelaku industri batik di sentra-sentra batik di Indonesia, khususnya di Semarang diharapkan produk riset baru ini dapat diterima pasar. Hasil riset yang digunakan dalam malam batik ini adalah produk turunan sawit yang ditujukan untuk menggantikan paraffin yang biasa digunakan dalam malam batik yang dinamai Bio-Paraffin Substitute (Bio-Pas).
Sasaran atau harapan kedepan dengan diterimanya produk tersebut oleh pasar yaitu (1) Penciptaan konsumen baru bagi minyak sawit pada sektor yang belum tersentuh, sehingga meningkatkan konsumsi minyak sawit. ; (2) Membuka peluang penciptaan wirausaha baru dan lapangan kerja di bidang industri pembuatan malam batik pada skala pabrikasi, serta makin dikenalnya produk malam batik berbasis sawit.
Bio-Paraffin Substitute merupakan produk berbasis minyak sawit yang telah dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sebagai pengganti parafin berbasis minyak bumi. Selanjutnya melalui riset dan pengujian bersama BBPT dan BBKB (Balai Besar Kerajinan dan Batik) diformulasi menjadi malam batik.
Produk Malam batik dengan menggunakan Bio-PAS pada proses pembatikan dengan nilai tambah seperti mampu menjadi perintang warna yang bagus, tidak terdapat rembesan warna yang masuk ( di tapak canting), dan hasil pewarnaan dihasilkan tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis.
Penggantian paraffin berbasis minyak bumi (petroleum) dengan bahan yang bersumber dari produk terbarukan sangat penting mengingat keberlangsungan produksi batik membutuhkan penyediaan sumber daya yang lestari dan sebisa mungkin terbarukan dan lokal. Pemakaian bahan dari sumber daya tak terbarukan dapat mengancam keberlanjutan warisan budaya tersebut.
Oleh karenanya paraffin dari sumber minyak bumi perlu dicari penggantinya dari sumber daya lain yang berkelanjutan dan berasal dari dalam negeri, karena dipastikan ketergantungan Indonesia terhadap impor untuk pemenuhan minyak bumi akan membesar, bahkan sangat mungkin harus memenuhi total kebutuhannya melalui import kurang dari 15 tahun mendatang.
Salah satu potensi yang dapat menjadi sumber bahan pengganti parafine minyak bumi adalah minyak sawit. Indonesia merupakan penghasilminyak sawit terbesar dunia dengan produksi lebih dari 50 juta ton per tahun (2019). Minyak sawit memiliki fraksi padat stearin yang saat ini umumnya dipisahkan dalam industri refinery – fraksinasi, yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku untuk produk pengganti paraffin. Namun lemak padat sawit tersebut masih memerlukan berbagai tahapan proses modifikasi struktur molekulnya untuk dapat kompatibel dengan komponen-komponen penyusun formula malam batik lainnya sehingga diperoleh karakteristik formula malam batik yang tepat.
Keberhasilan formulasi tersebut akan memberi peluang bagi kemandirian dan jaminan penyediaan bahan bagi industri ini secara jangka panjang berbasis bahan terbarukan yang tersedia di dalam negeri. Salah satu keunggulan produk ini tidak hanya menggantikan parafin basis minyak bumi tapi juga bisa mengurangi beberpa komponen dalam pembuatan malam yang diharapkan bisa mengurangi harga malam batik.
Acara ini diikuti oleh 40 peserta dari berbagai UKM dan atau kelompok batik tidak hanya yang ada di Semarang namun juga daerah lain di di Jawa Tengah, seperti Salatiga, Pekalongan, Rembang, Kudus, Grobogan, Pati, Temanggung, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.
Kegiatan dibuka oleh Ir. Arief Arianto, M.Sc.Agr (Direktur Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT) dihadiri Ir. Eko Pratono, MM (Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Jawa Tengah). Dengan Narasumber Ir. Indra Budi Susetyo, MSc, Ir. Wahyu Purwanto, MSc, Drs. Agus Tri Putranto, MM. dari BPPT dan para peneliti BBKB (Agus Haerudin, ST. MT dan Masiswo, S.Sn.M.Sn.).
Kegiatan berlangsung selama 4 (empat) hari dimana penutupan acara dihadiri Helmy Muhansyah dari BPDPKS dan ditutup oleh Bapak Eko Wahju Widodo (Kabag. Anggaran dan Program Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT) secara virtual conference melalui zoom link.
BPDPKS dipimpin oleh Direktur Utama dengan Susunan organisasi terdiri dari 4 (empat) Direktorat, Satuan Pemeriksa Internal (SPI) dan Kelompok Jabatan Fungsional. Salah satu bagiannya adalah Direktorat Kemitraan.
Direktorat kemitraan terdiri atas beberapa divisi, kegiatan Sosialisasi dan Workshop malam batik berbasis sawit kepada UKM ini berada di bawah Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kemitraan dengan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan.