JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dan pekerja sawit. Komitmen ini ditegaskan Ketua Bidang Pengembangan SDM Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumarjono Saragih dalam diskusi bertemakan diskusi “Penjajahan Buruh di Perkebunan Sawit, Benarkah?”, pekan lalu.
Sumarjono Saragih menjelaskan bahwa posisi Indonesia sangat strategis sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Saat ini, luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektare.
Industri sawit dalam negeri, dikatakan Sumarjono, masih banyak menghadapi pekerjaan rumah yang perlu dibenahi termasuk tenaga kerja. Karena itulah, kolaborasi multipihak sangat dibutuhkan dengan dipimpin oleh pemerintah.
Sumarjono mengatakan, GAPKI tak menutup diri untuk mendapat masukan dari berbagai pihak, agar dapat ditemukan solusi bersama untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi pengusaha dan buruh di perkebunan kelapa sawit.
“Sawit yang tersebar di 160 Kabupaten ini masih minim pengawasan. Jadi kadang-kadang ada kelupaan hak dan kewajiban. GAPKI sebagai organisasi pengusaha yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu, kita menjadi organisasi yang terbuka. Kita coba sama-sama apa yang bisa dilakukan sesuai tugas masing,” jelas Sumarjono.
Presiden Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), Irham Ali Saifuddin sepakat membangun dialog sosial membangun kesejahteraan buruh sawit. Kepada pemerintah, ia berharap bisa lebih otoritatif dalam mempromosikan bisnis sawit berkelanjutan. Apalagi, Indonesia merupakan penghasil hampir 60 persen minyak sawit dunia.