Lichwan Hartono, Ketua Gabungan Pengusaha Sawit (GAPKI) Riau, membuka secara resmi diskusi sawit yang dikemas bersama halal-bihalal di Hotel Aryaduta Pekanbaru pada hari Jumat, 26 April 2024. Dalam sambutannya Hartono merespon masalah yang dihadapi perusahaan perkebunan tentang masifnya serangan Ganoderma dan Ulat Kantong dengan mengundang narasumber dari PT Mitra Sukses Agrindo dan PT First Resources. PT Rizki Agro Solusi Indonesia juga dihadirkan untuk membawakan materi penggunaan drone di Perkebunan yang bisa digunakan juga dalam aplikasi biofungisida pada tanaman awal replanting.
Hartono juga menyampaikan bahwa narasumber yang dihadirkan adalah yang kompeten dan memiliki pengalaman dibidang masing-masing sesuai tema yang dibawakan. Selain peserta akan mendapatkan materi seminar, Hartono berharap peserta dapat memanfaatkan sesi tanyajawab yang dimoderatori oleh Muhammad Nizam Tambusai, SP, MSi, hal ini saya sampaikan karena semua peserta sudah mengetahui persoalan di lapangan, demikian Hartono menutup sambutannya.
Direktur Utama PT Mitra Sukses Agrindo, Ir. Heri DB, MM yang membawakan materi “Ganoderma, Kerugian & Strategi Pengendalian pada Perkebunan Kelapa Sawit menyampaikan kegundahannya bahwa kerugian ekonomi akibat kerusakan populasi tanaman sawit apabila Ganoderma tidak dikendalikan adalah sangat – sangat besar yaitu mencapai puluhan bahkan ratusan milyar. Heri DB melanjutkan untuk propinsi Riau kalau dihitung dengan luasan 3 juta ha, maka apabila rata-rata sawit tumbang karena Ganoderma mencapai 10 (sepuluh) pokok per ha saja, kerugian ekonomi per tahun bisa mencapai 15 trilyun.
Strategi yang ditawarkan dalam pengendalian Ganoderma menurut Heri DB yang juga mantan professional PT. Astra Agro Lestari ada 2 (dua) yaitu yang pertama konsep penanggulangan dalam arti meminimalkan risiko serangan terhadap lahan yang sudah terinfeksi dengan memberikan aplikasi Trichoderma tidak hanya kepada tanaman yang terinfeksi tetapi yang lebih utama justru kepada tanaman yang sehat. Hal ini dikarenakan dengan munculnya serangan mengindikasikan bahwa telah terjadi defisit musuh alami pada kebun tersebut, oleh karenanya perbanyakan musu halami agar serangan tidak mencapai batang sawit menjadi relevan.
Konsep yang kedua adalah konsep pencegahan yang berarti suatu tindakan yang mencegah infeksi Ganoderma tidak terulang pada saat replanting. Caranya adalah T-10 atau 10 tahun sebelum replanting atau pada saat terjadi perunuruan produksi, maka perbaikan kualitas tanah sudah harus menjadi perhatian untuk dilakukan antara lain dengan cara memantau tingkat pertumbuhan populasi Trichoderma, memasukan biomasa jangkos semaksimal mungkin, penggunaan substitusi pupuk yang berbasis bio dengan target pada saat T-0 atau saat tanam ulang bisa dipastikan kualitas media tumbuh atau tanahnya sudah jauh lebih baik dari pada apa bila tidak dilakukan perlakuan apa – apa dalam upaya perbaikan kualitas tanah.
Dari PT First Resources hadir Manager R &D Haryanto, SP yang mebawakan materi ”Mengatasi Ulat Kantong di Perkebunan Kelapa Sawit”, sementara dari PT Rizki Agro Solusi Indonesia hadir professional Arya Wijaya Kesuma yang membawakan tema “Pemanfaatan Drone di Perkebunan Kelapa Sawit”. Selain anggota GAPKI Riau tamu undangan lainnya yang hadir adalah dari asosiasi sawit seperti ASPEKPIR, APKASINDO dan SAMADE.(*)