JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemanfaatan palm sludge oil (limbah sawit) telah menjadi kebutuhan industri di Malaysia. Nilai ekspor produk ini dari Indonesia ke Malaysia mencapai US$ 185,37 juta sepanjang 2020.
Dari data Kemendag RI, ekspor palm acid oil/palm sludge oil Indonesia ke dunia tahun 2020 mencapai USD
544,47 juta atau naik 6,60 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Malaysia merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk produk tersebut dengan nilai ekspor sebesar USD 185,37 juta atau pangsa pasarnya 34,05 persen, disusul Italia USD 101,12 juta (18,57 persen), Tiongkok USD 76,93 juta (14,13 persen), Belanda USD 41,61 juta (7,64 persen), dan Amerika Serikat USD 27,20 juta (5 persen).
Pada Selasa kemarin (16 Februari 2021), dilaksanakan penandatanganan MoU antara PT Alam Duta Mandiri dan Dendro Integrasi SDN Bhd terkait perdagangan palm sludge oil (limbah sawit) Indonesia ke Malaysia sebanyak 2.000 ton/bulan selama dua tahun ke depan.
Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer PT Alam Duta Mandiri, I G A Raka Saputra dan Chief Executive Officer Dendro Integrasi Sdn Bhd, Azra Abdul serta disaksikan oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Kasan dan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Zainal Abidin Bakar.
“Melalui penandatanganan MoU ini, diharapkan kedua perusahaan dapat saling bersinergi mendorong peningkatan nilai perdagangan minyak sawit kedua negara. Bersama-sama kita terus melakukan diplomasi kelapa sawit, mempromosikan kelapa sawit di pasar global, serta melawan isu miring seputar minyak kelapa sawit,” ujar Kasan seperti dilansir dari laman Kementerian Perdagangan RI.
Kementerian Perdagangan, lanjut Kasan, menyambut baik pembelian palm sludge oil Indonesia oleh perusahaan asal Malaysia tersebut. “Diharapkan ke depannya produsen Indonesia lainnya mampu memasok permintaan palm sludge oil ke Malaysia dan juga produk kelapa sawit serta turunan lainnya ke seluruh dunia,” imbuhnya.
Pada 2020, ekspor Indonesia ke Malaysia untuk produk minyak sawit mentah (CPO) dan turunan mencapai USD 945,03 juta. Nilai ini naik 15,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar USD 820,97 juta. Di Kawasan ASEAN, Indonesia merupakan pemasok CPO ke-1 untuk Malaysia dengan pangsa pasar 85,14 persen; disusul Thailand (8,56 persen), Kamboja (1,78 persen), Filipina (1,48 persen), dan Singapura (0,61 persen).
Selama dua dekade terakhir, lanjut Kasan, kelapa sawit memang telah memainkan peranan yang sangat signifikan dalam perekonomian. Sawit dapat diolah menjadi berbagai bahan pangan dan oleokimia. Selain itu, palm sludge oil juga dapat digunakan dalam industri energi, kosmetik, serta barang konsumsi (consumer good) seperti sabun dan sampo.
“Tidak dapat kita pungkiri, di tengah langkanya sumber energi bahan bakar, minyak kelapa sawit menjadi salah satu sumber energi alternatif. Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif di masa depan, tidak hanya bagi Indonesia namun juga bagi negara-negara di dunia. Sebab, selain harganya yang relatif murah, juga ramah lingkungan,” pungkas Kasan.
Pemerintah Indonesia beserta segenap pemangku kepentingan nasional menyadari besarnya potensi kelapa sawit sehingga terus bersinergi mendukung peningkatan industri kelapa sawit dalam negeri. Peningkatan dilakukan dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan (sustainable) di tengah gencarnya sentimen dan kampanye negatif.
sumber foto: Kemendag RI