Inovasi di sektor perkebunan sangatlah penting guna mendorong konsep ekonomi hijau di Indonesia. Sangatlah diperlukan berbagai macam penemuan teknologi perkebunan terbaru.
Bertempat di Jakarta Convention Center, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menggelar Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) 2013 bertemakan “Perkebunan sebagai Pilar Strategis Green Economy Indonesia”. Kegiatan yang berlangsung dari 29 Agustus sampai 1 September 2013 ini dibuka oleh Menteri Korrdinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Hatta Rajasa mengatakan tema ENIP 2013 ini sesuai dengan masalah kekinian dan tuntutan zaman. Apalagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditugaskan PBB dalam merumuskan konsep pembangunan yaitu konsep pembangunan pasca 2015. Dalam pandangan Hatta Rajasa, Indonesia merasakan suplai pangan yang berkurang sehingga menyebabkan ketergantungan impor dan ketidakstabilan. “Indonesia perlu memerhatikan masalah kemandirian pangan ini,” ujarnya.
Selain itu, kata Hatta Rajasa, diperlukan meminimalkan konflik yang terjadi di sub sektor perkebunan dalam mewujudkan sinergi perkebunan besar dan masyarakat. Langkah ini perlu diambil guna menjaga iklim usaha yang kondusif untuk menuju kemampuan Indonesia sebagai sumber pangan dunia.
Hatta Rajasa menambahkan sektor perkebunan dapat menumbuhkan kemandirian pangan karena sangat penting bagi masyarakat. Selain itu, perkebunan dapat didorong untuk menjadi pilar utama pembangunan berbasis lingkungan (green economy). “Tentu saja, pertumbuhan produktivitas dan pembangunan berkelanjutan harus sinergi dengan green economy,” ujarnya.
Menurutnya, berbagai pihak harus melawan kampanye negatif kepada produk crude palm oil (CPO) Indoneisa. Maka dari itu, Indonesia tidak akan berhenti melawan kampanye negatif CPO dengan pendekatan transparan. Dengan cara meningkatkan produktivitas dan tetap menjaga keseimbangan.
ENIP 2013 diikuti pula dengan pameran produk dari pelaku perkebunan nusantara, seminar nasional perkebunan, temu bisnis. Pada hari pertama digelar dialog bertema Mewujudkan Perkebunan Sebagai Pilar Strategis Green Economy Indonesia yang dihadiri Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Muh. Syakir, Direktur Riset PT Smart Tbk Tony Liwang, dengan moderator Kania Sutisnawinata.
Muh.Syakir menekankan bahwa perkebunan nusantara kekinian harus memiliki 4 pilar yakni efektivitas dan efisiensi, daya saing, nilai jual, dan konteks ramah lingkungan. “Kita punya pengalaman bahwa CPO kita diembargo dunia karena dianggap menghasilkan banyak emisi, artinya kita memerlukan variabel-variabel tersebut harus masuk ke dalam variabel ekonomi. Dan di sini peran penting inovasi teknologi untuk mewujudkannya,” imbuhnya.
Direktur Riset PT Smart Tbk Tony Liwang mengungkapkan orientasi perkebunan sekarang tidak boleh hanya berfokus pada masalah agri melainkan bisnis sehingga dapat menjadi agribisnis. Dalam kerangka sustainability (keberlanjutan) terdapat tiga pilar yaitu profit, people, dan planet,” ujarnya. Oleh karena itu, sekarang kita seharusnya bukan lagi menciptakan inovasi melainkan mendorong penemuan dalam teknologi perkebunan.
Tony Liwang menambahkan jangan sampai terpengaruh black campaign yang dilakukan NGO internasional misalnya mengenai sawit yang sering disebut sebagai perusak hutan, tidak memajukan penduduk lokal di indonesia, hingga keuntungan sawit hanya dinikmati pihak swasta. Menurutnya, hal itu malah membawa perkebunan di indonesia menjadi kontraproduktif.
“Dapat diihat bahwa setiap pembukaan lahan yang dilakukan perkebunan perusahaan sudah ada aturannya untuk plasma dari 20-40%, saya kira perusahaan semua sudah mengikutinya. Atau lihat di Sumatera plasmanya mencapai hingga 35 %. Hutan juga tidak berkurang karena lahan yang dibangun kan memang Area Pembangunan Lain (APL),” tambahnya.
Dalam segi inovasi, Muhamad Syakir menaruh harapan besar pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian dalam upaya transfer knowlegde kepada petani-petani di Indonesia dalam sosialisasi upaya meningkatkan inovasi dan teknologi perkebunan. “BPTP merupakan simpul-simpul penentu percepatan inovasi teknologi untuk sampai ke petani, dan merupakan ujung tombak dalam menggalang riset-riset yang mampu memiliki kekuatan ekonomi sehingga petani juga akan mendapatkan keuntungan,” imbuh Syakir.
Sebagai Ketua Penyelenggara ENIP 2013, Muh.Syakir mengatakan tahun ini terdapat 100 booth yang hadir dalam pameran ini karena tujuan dari acara ini untuk memberikan informasi mengenai inovasi dan teknologi perkebunan kepada masyarakat. (Anggar Septiadi)