LAWAN GANODERMA!
Edisi Juni ini, Majalah Sawit Indonesia secara khusus mengulas masalah ganoderm yang sudah menjadi momok menakutkan kalangan pelaku usaha sawit di dalam negeri. Cendawan ini menebar ancaman yang tak terlihat. Pelaku sawit yang tak peka, pastilah akan kaget mendapati pohon sawitnya tiba-tiba tumbang dan rubuh. Kalau dulu, jamur ini biasa menyerang tanaman sawit yang sudah menghasilkan. Tetapi sekarang, ganoderma dapat merusak tanaman sawit yang masih di tahapan pembibitan dan masih muda.
Pengendalian ganoderma secara menyeluruh dan komprehensif belum dapat ditemukan. Kegiatan pengendalian masih bersifat parsial dan sporadis misalkan dengan penimbunan pangkal batang dengan tanah (soil mounding) dan pembuatan parit isolasi. Dengan metode seperti ini, penularan spora ganoderma tetap berpeluang menempel di tanaman.
Padahal, nilai kerugian yang ditanggung pelaku usaha sangatlah tinggi apabila kebun mereka terjangkiti cendawan ini. Dalam perhitungan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, setiap tahun ganoderma menimbulkan kerugian sampai Rp 2 triliun terhadap industri sawit Indonesia. Dalam satu hektare kebun sawit, serangan ganoderma secara massif dapat mengurangi jumlah pokok sampai 40%, terutama apabila pokok tadi dalam usia produktif.
Keadaan inilah yang membuat perusahaan sawit swasta dan negara cemas dengan penyebaran ganoderma. Sampai saat ini, langkah preventif tetap dilakukan walaupun belum optimal. Yang sangat merisaukan kalau ganoderma ini menyerang kebun sawit milik petani karena jelas beban kerugian memberatkan petani. Sayangnya, penanganan ganoderma belum disikapi serius pemerintah karena menyerahkan kepada masing-masing perusahaan dan lembaga penelitian. Padahal, ancaman ganoderma berskala nasional dan akan menghambat produksi CPO dalam negeri.
Sementara itu, rubrik Hot Issue mengulas potensi Indonesia untuk menjadi produsen utama produk hilir sawit. Melimpahnya bahan baku CPO dan dukungan insentif fiskal untuk sementara waktu dapat menggairahkan pertumbuhan industri hilir. Namun demikian, pemerintah tetap diminta menyelesaikan “pekerjaan rumah” bernama infrastruktur. Sebab, industri hilir sawit wajib membutuhkan dukungan infrastruktur yang bagus dan modern. Tak hanya itu, suku bunga wajib pula diberikan sehingga investasi tetap tumbuh optimal.
Di rubrik Sosok, kami menampilkan gagasan Tungkot Sipayung selaku Komisaris PTPN IV. Sebagai pelaku sawit sekaligus akademisi, dirinya mengkhawatirkan masa depan industri sawit Indonesia yang sekarang ini banyak menghadapi hambatan. Padahal, komoditas ini satu-satunya yang dapat dibanggakan pemerintah Indonesia. Sayangnya, keunggulan sawit belum menjadi kebanggaan negara ini.
Edisi Juni ini, kami berupaya menyuguhkan berita informatif dan aktual untuk memenuhi kebutuhan informasi pembaca. Selain itu, saran dan masukan pembaca sangatlah kami harapkan untuk kemajuan majalah ini. Setiap saran dapat dikirimkan ke email: redaksi@sawitindonesia.com. Selamat Membaca!