JAKARTA-SAWIT INDONESIA, DSN Grup akan mengakuisisi PT REA Kaltim, anak perusahaan REA Holding Plc,perusahaan sawit yang berada di Kalimantan Timur. Saat ini, perseroan dalam proses penyertaan modal sebesar 15 persen dimana luas kebun 70.584 hektar yang 37.097 hektarnya merupakan kebun inti.
Tahun lalu DSN Grup berhasil memborong 100 persen PT Agro Andalan yang memiliki lahan HGU di Kalimantan Barat seluas 6.999 hektar yang 2.562 hektar diantaranya merupakan kebun inti.
“Dengan adanya moratorium ekspansi tentu masih bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas melakukan intensifikasi dari dalam, dan ekspansi dalam bentuk akuisisi. Moratorium sendiri relatif bernilai positif untuk nilai CPO,” ujar Andrianto Oetomo, Direktur Utama DSN Grup dalam Public Expose Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, Kamis (2/6).
Dalam acara tersebut juga diumumkan bahwa Perseroan pada 2015 berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp. 269,66 Miliar dimana 19,54 persennya atau sekitar Rp.50 miliar akan dibagikan sebagai deviden dengan nilai Rp.5 perlembar saham. Selain itu Rp.20 miliar dari laba bersih tersebut akan digunakan sebagai dana cadangan dan sisanya akan dibukukan sebagai laba ditahan.
Laba bersih yang didapat perseroan sendiri menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp.650 miliar. Penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh anjloknya hargo CPO global sepanjang 2015. Pada 2015 Perseroan hanya mampu meraih rata-rata harga CPO sebesar Rp6,9 juta perton sedangkan pada tahun sebelumnya, perseroan mampu memiliki rata-rata harga CPO sebesar Rp. 8,3 juta perton.
Dari sektor produksi, pada 2015 perseroan mampu meraih total produksi CPO sebesar 407.000 ton dari 1,4 juta ton TBS dengan rata-rata yield 6,2 ton perhektar. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya dengan produksi CPO mencapai 391.000 ton dari 1,3 juta ton TBS.
“Secara kualitas 77 persen CPO yang kita hasilkan memiliki kualitas FFA kurang dari 3 persen dimana dalam standar perdagangan CPO global FFA di bawah 3 persen merupakan super CPO. Inilah dimana minyak goreng yang kualitas tinggi membutuhkan FFA yang seperti ini,” ungkap Andrianto.
Peningkatan produksi yang didapatkan oleh perseroan disebabkan oleh adanya tambahan Tanaman Menghasilkan milik perseroan. Hingga akhir 2015 perseroan tercatat memiliki luas lahan tertanam sebesar 70 ribu hektar ditambah dengan 20.084 hektar lahan petani plasma.
“Efek elnino mulai terasa di penghujung tahun 2015 sehingga kalau diliat kuartal I antara 2015 dan 2016 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Meski demikian penurunan produksi TBS dan CPO ini tidak berbanding lurus karena kita berhasil melakukan efisiensi. Tahun ini cash cost perseroan sebesar Rp3,64 juta perton sedangkan tahun sebelumnya adalah Rp3,73 juta per ton,” jelas Andrianto.
Ia melanjutkan bahwa selama kuartal pertama tahun ini perseroan juga telah membelanjakan modalnya sebesar US$ 15 juta dari total target capital expenditure tahun ini sebesar US$ 60 juta yang sebagian besar dialokasikan untuk proses pembangunan PKS baru perseroan. (Anggar Septiadi)
Keterangan foto: direksi dan komisaris DSN Grup