Produktivitas menjadi kunci bagi kemajuan dan kekuatan industri sawit nasional di era tahun-tahun berikutnya. Dengan rata-rata produktivitas sawit yang sebesar 3,8 ton per hektare per tahun. Potensi meningkatkan produktivitas bisa di atas 4 ton per hektare per tahun. Penggunaan teknologi informasi dapat mendukung pencapaian target perusahaan sawit yang bervisi produktivitas dan efisiensi.
Perjalanan selama 9 jam lamanya menuju ke Medan ditempuh Subronto dan empat rekannya. Manager R&D Asam Jawa Grup memang sudah niat untuk datang ke Diskusi Tantangan dan Solusi Industri Sawit 2014. “Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada Bapak Derom Bangun selaku pembicara,” ujar Subronto ketika ditemui di Swiss Belhotel Medan pada 27 Februari 2014.
Diskusi yang diadakan Majalah SAWIT INDONESIA dan PT Aplikanusa Lintasarta ini memang bertujuan untuk memfasilitasi dan mengedukasi pelaku usaha sawit terkait informasi maupun inovasi terkini yang bermanfaat kepada perusahaan. Jumlah peserta yang hadir dalam diskusi ini mencapai 53 peserta dari target 50 peserta.
Dalam kata sambutannya, Balaman Tarigan, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatera Utara, menyambut baik diskusi ini karena akan membantu perusahaan memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah dihadapi industri sawit. Apalagi, industri sawit khususnya wilayah Sumatera Utara dibebani dengan RTRWP yang mempersulit gerak perusahaan.
Dalam menunjang produktivitas, dirinya sepakat bahwa perlu dukungan teknologi informasi yang dapat digunakan perusahaan. Namun demikian, dirinya meminta supaya aplikasi layanan teknologi informasi ini dapat diakses perusahaan sawit skala menengah kecil, bukan saja perusahaan sawit skala besar.
Pada tahun ini, industri kelapa sawit nasional diproyeksikan akan lebih baik seiring dengan membaiknya harga buah sawit sampai awal tahun. Disisi lain, teknologi informasi merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas. “Implementasi teknologi informasi harus berkorelasi dengan peningkatan produktivitas di Kebun, investasi IT yang baik hanya berkisar 8-15% dari hasil lonjakan produktivitas baru” ujar Hendra Prayogi, VP Lintasarta West Indonesia.
Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), menyebutkan harga Tandan Buah Sawit (TBS) di tingkat petani sudah naik menjadi sekitar Rp 2.065 per kilogram.“Informasi ini saya dapatkan langsung dari petani yang berada di wilayah Kisaran, Sumatera Utara,” kata Derom Bangun.
Pada bulan Januari sebelumnya, harga TBS masih berada di kisaran Rp 1.700 per kilogram. Menurut Derom Bangun, peningkatan harga TBS tidak terlepas dari tumbuhnya harga CPO di pasar dunia yang mencapai di atas US$ 800 per ton pada bulan ini. Dengan adanya, program mandatori biofuel yang berjalan di tahun ini serapan minyak sawit di dalam negeri tinggi menjadi 11,3 juta ton pada 2014 selain ditopang pemakaian oleh sektor industri dan pangan. Konsumsi CPO domestik tumbuh 26% dari tahun 2013 yang berjumlah sekitar 9 juta ton.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, sampai tahun 2013, luas lahan kelapa sawit diperkirakan 10 juta hektare dan produksi minyak sawit sebanyak 27,7 juta ton. Dengan rata-rata produktivitas sawit 3,8 ton per hektare per tahun.
Erwin Nasution, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV, mengatakan perusahaan kelapa sawit perlu meningkatkan produktivitasnya untuk menjadi industri yang unggul. Selama ini, industri kelapa sawit mendapatkan keuntungan dari tingginya harga CPO yang bersifat windfall profit. Tak hanya itu, pengembangan sawit sebaiknya dilakukan sampai kepada produk hilir sehingga akan memberikan nilai tambah tinggi.
Menurut Erwin Nasution, PTPN IV sedang membangun kerjasama dengan PT Pertamina dan Pelindo II untuk pengembangan teknologi green diesel. Teknologi ini dapat menghasilkan biodiesel dengan kandungan 100 % yang langsung bisa dipakai kendaraan.
Upaya meningkatkan produktivitas kelapa sawit dapat dibantu lewat aplikasi teknologi informasi. Saat ini, PT Aplikanusa Lintasarta, telah menyediakan fitur dan solusi yang digunakan dalam kegiatan industri sawit mulai dari hulu sampai hilir. Hendra Prayogi, West Indonesia Region VP PT Aplikanusa Lintasarta, pembicara yang hadir dalam diskusi, menjelaskan solusi teknologi informasi PT Aplikanusa Lintasarta dapat membantu untuk mengakselerasi bisnis kelapa sawit. Karena akan memberikan manfaat dalam menekan tingkat penyimpangan (fraud) dalam perusahaan sawit, membantu peningkatan produktivitas sawit, dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Hendra Prayogi mengatakan perusahaan sawit sebaiknya perlu mempertimbangkan beberapa aspek dalam pemilihan partner di bidang solusi teknologi informasi. Aspek tersebut adalah investasi IT harus berhubungan dengan business outcome dan aplikasinya harus mudah dioperasikan dan mudah dihubungi ketika ada masalah.
Pengalaman PT Aplikanusa Lintasarta sudah lebih dari 25 tahun lamanya di layanan teknologi berbasis satelit. Awalnya, perusahaan ini bermain dulu di sektor perbankan yang memperkenalkan sistem laporan online. Selain itu, PT Aplikanusa Lintasarta menjadi perusahaan pertama sebagai penyedia fasilitas transaksi melalui Automatic Teller machine (ATM) yang dahulu hanya berfungsi untuk mengambil uang.
Dengan pengalaman yang dimilikinya, PT Aplikanusa Lintasarta lebih unggul dari aspek kualitas dan layanan. Salah satu keunggulan adalah hak infrastruktur karena tidak semua perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi lain memilikinya. Tak heran, perusahaan dapat membangun jaringan sendiri, membuat galian kabel optik, dan dilengkapi stasiun bumi sendiri di Jatiluhur.
PT Aplikanusa Lintasarta saat ini sudah menangani beberapa perusahaan kelapa sawit nasional & multinasional. Menurut Hendra Prayogi, Lintasarta berpengalaman di bidang konektivitas seperti VSAT, fiber optik, dan radio link. Selain itu, bekerjasama dengan Partner Aplikasi dalam menyediakan layanan ERP dan CCTV monitoring yang sudah digunakan perusahaan kelapa sawit. Jumlah pengguna layanan PT Aplikanusa Lintasarta mencapai 1.800 customer dan telah memiliki kantor cabang berjumlah 44 kantor di seluruh Indonesia. (Qayuum Amri)