Beberapa analis memproyeksikan permintaan minyak sawit akan bertambah pada tahun depan, kendati dibayang-bayangi gejolak finansial di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Alhasil, penjualan utama CPO tetap bertumpu kepada pembeli tradisional seperti Cina dan India.
Dalam kalimat pembuka di presentasinya, Dorab Mistry, Analis Godrej International, menegaskan dunia sedang dihadapkan kepada masa ketidakpastian ekonomi. Setiap hari, berita ekonomi atau politik yang muncul akan berpengaruh terhadap prospek ekonomi. Bagi pelaku bisnis, ketidakpastian sudah menjadi hal lazim dalam sektor perekonomian dunia sekarang ini, sebagai contoh siapa yang bisa menebak anjloknya harga CPO dunia pada 2008 ketika di awal tahun pergerakannya terus meningkat. Begitupula dengan pergerakan harga tahun 2011 yang cenderung bergerak positif yang diperkirakan harga rata-rata sekitar US$ 1.125 per ton.
Joko Supriyono, Sekretaris Jendral Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, mengatakan kinerja produksi CPO tahun 2011 cukup bagus yang mencapai 23,5 juta ton sementara ekspor sebesar 16,5 juta ton. Dibandingkan tahun 2010, maka kinerja industri sawit meningkat cukup baik untuk produksi dan ekspor masing-masing sebesar 7,3% dan 5,75. Gapki mencatat beberapa faktor yang mendorong peningkatan produksi, ekspor dan harga kelapa sawit yakni relatif normalnya iklim tahun 2011 yang berbeda dengan 2010 terjadi anomali (la nina). Faktor lainnya, permintaan CPO tetap kuat dengan negara importir utama CPO Indonesia memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Kendati, negara-negara Eropa mengalami gejolak perekonomian namun dampaknya terhadap ekspor CPO tidak signifikan, setidaknya sampai sekarang karena CPO digunakan untuk kebutuhanan pangan. Selain itu, trjadi pergeseran dalam permintaan minyak nabati dunia kepada CPO yang dipengaruhi efisiensi dan daya saing menyebabkan relatif stabilnya harga CPO pada 2011.
Dengan pertimbangan kondisi tahun 2011, Joko Supriyono optimis industri sawit nasional akan tumbuh dari aspek luas lahan, produksi, ekspor dan harga. Pada 2012, total area kelapa sawit diperkirakan mencapai 8,2 juta hektare yang ditargetkan memproduksi 25 juta ton CPO. Sementara volume ekspor dapat mencapai 17,5 juta-18 juta ton.
Dorab Mistry, Analis Godrej International mengemukakan produksi CPO Indonesia diperkirakan 26,5 juta ton yang pertumbuhannya dipengaruhi dari lahan tanaman menghasilkan yang baru. Sementara itu, produksi CPO Malaysia tidak akan naik signifikan yang sekitar 18,6 juta ton sampai 19 juta ton. Pada 2012, dia menargetkan pertumbuhan kebutuhan makanan dunia dapat mencapai 3 juta ton. Di sektor biodiesel, terjadi kenaikan permintaan yang berkisar 3 juta ton.
Derom Bangun, Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), mengatakan India tetap menjadi pasar terbesar utama CPO pada tahun ini. Kebutuhan CPO India diproyeksikan berjumlah 7,1 juta ton, dari tahun lalu sebesar 6,75 juta ton. Sehingga, ekspor Indonesia akan lebih banyak ditujukan kepada pasar India daripada negara lain yang menjadi konsumen CPO.
Susanto, Ketua Bidang Pemasaran Gapki, menuturkan Cina dan India tetap menjadi pasar utama untuk ekspor CPO. Pasalnya, permintaan dari Eropa akan stagnan karena masih dipengaruhi krisis finansial.
Untuk Cina, Derom Bangun memperkirakan negara tersebut akan meningkat kebutuhan CPO-nya sebesar 2%-3% pada tahun ini. Kenaikan permintaan ini seiring dengan meningkatnya pemakaian minyak kanola dan minyak nabati lain sebagai bahan baku industri non pangan.
Gapki mencatat, ekspor CPO Indonesia ke Cina berjumlah 2,9 juta ton pada 2011 yang ditargetkan dapat tumbuh 3%-5% pada tahun ini, asalkan ada kenaikan pendapatan per kapita masyarakatnya. Untuk India, jumlah ekspornya sebesar 5,7 juta ton pada 2011.
Pada 2012, Derom memproyeksikan harga CPO dapat mencapai US$ 1.050 per ton daripada tahun 2011 sekitar US$ 1.100 per ton. Walaupun, ada prediksi harga rerata CPO dapat turun akibat krisis finansial tetapi dia optimis akan terjadi kenaikan.
Gapki memproyeksikan harga CPO berkisar US$ 1.000-US$1.200 per ton pada 2012. Susanto menjelaskan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap harga CPO antara lain harga minyak bumi yang menentukan fluktuasi harga biodiesel. Selain itu, cuaca juga menjadi faktor penentu khususnya terhadap tanaman kompetitor kelapa sawit seperti kedelai dan kanola. Ketika iklim terlalu ekstrem maka akan mengakibatkan produksi kedua tanaman tersebut turun sehingga kondisi ini akan menguntungkan bagi penjualan minyak sawit di pasar global.
Proyeksi lebih optimis dikeluarkan Dorab Mistry, memperkirakan harga CPO dapat menyentuh angka RM 4.000 per ton sampai Juni 2012. Pasalnya, peningkatan produksi CPO tidak terlalu signifikan sementara permintaan akan tinggi sehingga harga dapat meningkat. Proyeksi harga ini dapat terjadi dengan asumsi harga minyak mentah berkisar US$ 105 per barel dan US$ 125 per barel.