• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Friday, 31 March 2023
Trending
  • Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun
  • WPI Usung Kemitraan Petani Sawit untuk Kesejahteraan Petani
  • Indonesia Berperan Penting dalam Terwujudnya Net Zero ASEAN
  • Pelaku UMKM Didorong Berkontribusi Terhadap Pengembangan dan Peningkatan Ekosistem Halal
  • Sejumlah Bahan Pokok Mengalami Penurunan
  • Karhutla di Desa Teluk Pambang Berhasil Dipadamkan
  • Uni Eropa Tidak Mengakui ISPO dan RSPO Pasca Terbitnya UU Anti Deforestasi
  • Kekaguman Republik Kongo Terhadap Aksi-Aksi Iklim Dilakukan Pemerintah Indonesi
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Cegah Kumbang Tanduk Berkembang
Sajian Utama

Cegah Kumbang Tanduk Berkembang

By RedaksiSeptember 16, 20144 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Kumbang tanduk dapat dilawan dengan pengendalian kimia dan non kimia. Kegiatan  pencegahan sebaiknya mulai dilakukan sebelum kumbang tanduk menjadi dewasa.

Tantangan kegiatan peremajaan lahan kelapa sawit tidak saja berasal dari tingginya biaya yang dibutuhkan melainkan serangan hama kumbang tanduk atau dikenal dengan orcytes rhinoceros . Hama ini menjadi momok yang sangat menakutkan karena  daya rusaknya yang tinggi terhadap tanaman kelapa sawit yang sedang tumbuh. Mengapa hama ini lebih mudah hidup di masa peremajaan tanaman? 

Muhammad Sofian Harahap, Plantation Director OSO Group – Agri, menjelaskan kumbang tanduk sangat senang menempati batang kelapa sawit yang terdekomposisi secara alami di lahan. Apalagi, sekarang ini  pelaku kelapa sawit dilarang membakar sisa batang sawit hasil peremajaan dan diwajibkan membiarkannya lapuk begitu saja.

Dalam situs klinik sawit.com, disebutkan kumbang tanduk akan meletakkan telur pada sisa bahan organik yang telah melapuk. Misalkan saja, batang kelapa sawit masih berdiri  dan telah melapuk, rumpukan batang sawit, batang kelapa sawit yang telah dicacah, serbuk gergaji, tunggul karet dan tumpukan tandan kosong kelapa sawit.

Kemampuan kumbang betina yang dapat menghasilkan 50 telur sangatlah mengkhawatirkan karena kumbang tanduk dewasa mempunyai daya rusak sangat hebat. Telur ini akan menetas dalam waktu 8-12 hari untuk menghasilkan larva. Setelah itu, barulah larva menjadi pupa yang selanjutnya akan menjadi kumbang dewasa. 

Baca juga :   Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun

Walaupun siklus  hidup kumbang tanduk hanya 8-9 bulan tetapi efek kerusakan hama ini dapat membuat masa produksi tanaman tertunda satu tahun. Bambang Supriadi, Product Development Officer PT Dharma Guna Wibawa, mengatakan identifikasi kerusakan tanaman akibat  kumbang tanduk dapat terlihat dari pelepah tanaman yang masih berbentuk pucuk mulai berbentuk kipas.

Dalam situs kliniksawit.com, makanan kumbang dewasa berupa tajuk tanaman dengan cara menggerek lewat pangkal batang sampai titik tumbuh. Sehingga daun akan terbuka membentuk huruf V. Serangan kumbang yang terus menerus akan  mengakibatkan kematian dan rentan dimasuki kumbang atau bakteri lain yang menyebabkan pembusukan berkelanjutan. 

Saat ini pun, kumbang tanduk mulai dapat hidup di tanaman menghasilkan (TM)karena keberadaan pengaturan tandan kosong dan  fibre di lahan yang kurang  bagus. Di PTPN XIII pada tahun kemarin, dalam website perusahaan dijelaskan serangan hama kumbang tanduk terjadi  di lahan seluas 42 hektare di kebun Pelaihari. Penyebabnya, serangan kumbang tanduk ini disebabkan penebaran tandan kosong (tankos) dan fibre di areal Tanaman Menghasilkan (TM) yang terlalu tebal. Penebaran tankos yang tebalnya antara lima hingga enam lapis menjadi media yang nyaman buat  kumbang  tanduk berkembang biak.

Baca juga :   BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

Berdasarkan pengalaman Rusmanto, Manager  Riset dan Pengembangan PT Biotis Agrindo, tanaman sawit yang  telah menghasilkan dapat pula terserang , bisa disebabkan serangan hama yang berasal dari kebun sawit dari milik tetangga. Sebab, kumbang tanduk dapat terbang.

Muhammad Sofian mengatakan pengendalian terbaik dari setiap hama kumbang tanduk  lewat  best management practices. Khusus di areal replanting, sebaiknya dilakukan  pengolahan tanah untuk memusnahkan/eradikasi sumber populasi kumbang tanduk. Selanjutnya, semua rumpukan batang kelapa sawit mati diupayakan segera ditutup dengan kacangan penutup tanah secepatnya.

“Tak lupa, mesti dilakukan monitoring berkala serangan kumbang tanduk pada tanaman muda dengan hand picking (manual),” kata dia. 

Sementara itu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, seperti dikutip dari Kliniksawit.com menyebutkan saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat iniberguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal.  

Kemudian dijelaskan kembali, pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 l. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga digunakan perangkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap dua minggu dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.

Baca juga :   Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

Rusmanto mengakui feromon memang berguna untuk menjebak kumbang jantan sehingga dapat mengurangi aktivitas kawin dengan kumbang betina. Sehingga dapat menekan jumlah telur yang dihasilkan. Nantinya, kumbang jantan yang terjebak dalam ember plastik ditangkap secara manual.   

Faktor paling utama, pelaku sawit diminta aktif mencegah berkembangnya kumbang tanduk semenjak mulai dari larva. Misalkan saja, kata Rusmanto, tempat berkembang biaknya kumbang tanduk seperti batang sawit membusuk, rumpukan  batang, sisa pencacahan batang dengan cara disemprot insektisida. “Memang bisa saja sisa pencacahan batang atau tandan  kosong dikubur tetapi itukan biayanya cukup mahal,” kata Rusmanto. 

Kegiatan pencegahan yang baik wajar untuk dapat dilakukan karena kemampuan bertelur kumbang betina sangatlah tinggi. Untuk itu, pengendalian manual dan  kimiawi dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga jumlah kumbang tanduk  dapat ditekan. (Qayuum Amri)

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun

4 hours ago Berita Terbaru

Petani Sawit Demo Kedubes Uni Eropa, Sampaikan 5 Tuntutan

2 days ago Berita Terbaru

Industri Hilir Sawit Minta Dukungan Pemerintah

2 days ago Berita Terbaru

BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

3 days ago Berita Terbaru

Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

4 days ago Berita Terbaru

Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

1 week ago Berita Terbaru

BPDPKS dan Majalah Sawit Indonesia Promosikan Sawit Sehat Kepada 145 UKMK Solo

1 week ago Berita Terbaru

CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

1 week ago Berita Terbaru

APKASINDO : Tuduhan Pepsico dan Campina, Lukai Petani Sawit

2 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Edisi 137 Majalah Sawit Indonesia

Edisi Terbaru 20 hours ago2 Mins Read
Event

Promosi Sawit Sehat Dan Lomba Kreasi Makanan Sehat UKMK Serta Masyarakat

Event 1 week ago1 Min Read
Latest Post

Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun

4 hours ago

WPI Usung Kemitraan Petani Sawit untuk Kesejahteraan Petani

11 hours ago

Indonesia Berperan Penting dalam Terwujudnya Net Zero ASEAN

11 hours ago

Pelaku UMKM Didorong Berkontribusi Terhadap Pengembangan dan Peningkatan Ekosistem Halal

12 hours ago

Sejumlah Bahan Pokok Mengalami Penurunan

13 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.