Dengan berbasis tanaman herbal, PT IndoRaya Mitra Persada 168 memproduksi pupuk organik cair yang berfungsi sebagai stimulator unsur hara. Tak hanya itu, pupuk ini dapat memulihkan kesuburan tanah.
Semenjak 2006, PT IndoRaya Mitra Persada telah mengembangkan pemasaran Biofertilizer ExtraGEN dengan konsumen utama dari perkebunan sawit. Atik Chandra, Presiden Direktur PT IndoRaya Mitra Persada 168 menjelaskan bahwa pupuk organik yang dikembangkan perusahaan berbeda dengan perusahaan lain dari aspek bahan baku. Umumnya, bahan baku pupuk organik diambil dari limbah dan sampah.
Lain halnya, pupuk organik PT IndoRaya Mitra Persada 168 yang bernama Biofertilizer ExtraGEN menggunakan bahan baku dari tanaman herbal, tanpa campuran bahan kimia yang diolah lewat proses ekstrak sehingga menghasilkan enzim. Pupuk inokulan berbahan aktif mikroorganisme hidup yang berfungsi untuk menambat dan menyediakan hara dalam tanah. Teknologi ExtraGEN ini berasal dari Jerman di mana kandungan herbal yang diambil itu bersifat yang baik.
“Tapi, jenis tanaman herbal apa yang digunakan itu rahasia dapur kami,” kata Atik. Menurutnya, pupuk organik yang dikembangkan di jepang itu berasal dari mikroba saja padahal mikroba itu bisa diambil darimana saja.
Ada empat komponen yang terdapat dalam kandungan ExtraGEN ini yaitu unsur hara makro dan mikro, mikroorganisme, kandungan ZPT, dan subtansi humic acid. Mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk ini adalah pseudomonas dan bacillus megaterium, azotobacter dan azoprilium, lactobacillus, actinomycetes, dan yeast.
Sedangkan humic acid ini dapat meningkatkan kesuburan tanah secara kimia, fisika, dan biologi melalui penyerapan semua nutrisi tanaman. Dengan cara ini, pupuk yang diberikan akan diserap tanaman secara maksimal.
Ujicoba pertama ExtraGEN dimulai di perusahaan perkebunan kelapa sawit seluas 500 hektare yang berlokasi di Sumatera Utara. Uniknya, perkebunan sawit ini sudah terkontaminasi jamur ganoderma mengingat usia perkebunan masuk tahapan replanting ke-3 Dengan menggunakan ExtraGEN, kata Atik Chandra, diharapkan dapat mempertahankan unsur hara dan menjaga mikroba di dalam tanah.
Menurut Atik Chandra, pupuk organiknya memang tidak bersifat menyembuhkan tanaman dari ganoderma melainkan menciptakan akar-akar baru yang muncul setelah 8 bulan pemakaian. Setelah tanaman gunakan ExtraGEN, ganoderma kesulitan menyerang akar baru dan sehat. Ganoderma mudah mematikan tanaman sawit terutama yang mempunyai akar sudah membusuk, akibatnya mudah terserang.
Biofertilizer ExtraGEN dapat dipergunakan di berbagai jenis lahan terkecuali tanah berpasir. Sebab, pupuk cair di lahan berpasir akan mudah terserap (rilis). Kalaupun ingin terserap disarankan tanah berpasir tersebut dicampurkan dengan tanah padat dan liat.
Penggunaan ExtraGEN mampu dipakai mulai dari fase pembibitan, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan Tanaman Menghasilkan (TM). Dosisnya untuk pembibitan yaitu 40-50 ml larutan ExtraGEN ditambahkan 15 liter air untuk 500-1.000 bibit. Rotasi pemberian pupuk organik ini dua minggu sekali sampai bibit berusia 4-6 bulan.
Sedangkan pada TBM, dosisnya sebesar 20 ml ExtraGEN ditambah dengan 1 liter air per pokok. Waktu pemberian 6 bulan sekali (2 kali dalam setahun). Untuk TM, sebaiknya diberikan 30 ml ExtraGEN plus 1 liter air per pokok dan masa pemberian sebanyak 6 bulan sekali (2 kali dalam setahun).
Untuk setiap kegiatan pemupukan, pengguna ExtraGEN disarankan mematuhi aturan pemupukan yaitu sebaiknya diberikan minimal 4-7 hari sebelum atau sesudah pupuk kimia. Supaya pupuk lebih dapat terserap, sebaiknya gawangan di sekitar tanaman idealnya dibersihkan terlebih dahulu dari gulma barulah dilakukan penyemprotan.
Yang menarik, ExtraGEN ini dapat bersifat melengkapi dan menggantikan pupuk kimia dalam kondisi stabil. Bahkan aplikasi ExtraGEN ini dapat dipakai dengan pupuk kandang/kompos pada waktu bersamaan. Waktu aplikasi ExtraGEN disarankan mulai pukul 09.00 atau setelah pukul 16.00.
Apabila aplikator mengikuti aturan dan rekomendasi yang diberikan perusahaan, diharapkan hasil penggunaan pupuk lebih optimal. Manfaat ExtraGEN ini adalah memperbaiki struktur tanah untuk peningkatan kesuburan tanah, menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, menghemat biaya pemupukan, peningkatan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, peningkatan hasil panen, dan merangsang pertumbuhan maupun perkembangan tanaman.
Berbicara kualitas, Atik Chandra, dengan bangga mengatakan bahwa ExtraGEN merupakan pupuk organik cair pertama yang mendapatkan sertifikat dari Control Union untuk standar EURO, USA, dan Jepang. Proses mendapatkan sertifikat ini bukanlah hal mudah karena pupuk harus benar-benar bebas dari unsur kimia. Setiap tahun proses pengawasan terhadap produk pupuk ini tetap berjalan, misalkan tanaman herbal yang menjadi bahan bakunya harus dilokalisir dari tanaman pangan atau perkebunan lain. Sebab dikhawatirkan dapat terkontaminasi unsur kimia yang berasal dari pupuk atau pestisida tanaman lain.
Kelebihan lain adalah dengan menggunakan pupuk cair misalkan dengan volume sebanyak 200 mililiter itu setara dengan 2 ton kompos karena benar-benar efisien konsentrat ekstraknya. Selain itu, ujar Atik Chandra, pupuk cair akan tidak mudah rusak dan tahan lama sampai waktu 4 tahun asalkan tidak terkena air.
Yang menarik dengan pemakaian ExtraGEN ini, menurut Atik Chandra, dapat menghemat biaya karena pelaku cukup mengeluarkan dana ± Rp 1 juta per hektare per tahun. Untuk setiap tanaman, ditargetkan dapat kurangi penggunaan pupuk kimia mencapai 25% tanpa tambahan biaya lagi.
Atik Chandra mengatakan kenaikan signifikan permintaan pupuk organik dari perusahaan kelapa sawit mulai terjadi semenjak tiga tahun belakangan. Itu sebabnya, perusahaan optimistis akan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Aplikasi ExtraGEN tidak sebatas di perkebunan sawit saja melainkan dapat digunakan pada tanaman karet, kakao, padi, jagung, dan sayuran. Di pasar ekspor, perusahaan sedang menyelesaikan proses perijinan untuk masuk Italia, yang rencananya dipakai tanaman anggur. Permintaan juga datang dari Timur Tengah yang memakai pupuk organik cair ini untuk tanaman gandum dan kurma. (Qayuum Amri)