JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintahan provinsi Bengkulu akan mengoptimalkan penggunaan Pelabuhan Baai sebagai pintu ekspor CPO dan Kopi. Kedua komoditas ini punya kontribusi besar terhadap perekonomian Bengkulu.
Hal ini diungkapkan dalam pertemuan antara Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dengan pengusaha CPO dan komoditi kopi di Bengkulu, Senin (21/8/2017). Rohidin Mersyah menjelaskan bahwa Pelabuhan Pulau Baai akan pintu keluarnya minyak sawit dan kopi.
“Kebijakan ini memberikan nilai tambah bagi petani. Begitu ekspor impor berjalan positif, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi Bengkulu,” ujarnya.
John Siregar, Ketua GAPKI Cabang Bengkulu mengapresiasi pertemuan ini karena Plt Gubernur ingin mendengarkan langsung masukan pelaku bisnis CPO dan kopi di Bengkulu.
“Di Bengkulu sedang merencanakan pembangunan pelabuhan curah cair dan tangki timbun untuk CPO. Nantinya kegiatan ekspor CPO dan kopi tidak perlu lagi melalui pelabuhan lain,” kata John kepada sawitindonesia.com melalui layanan pesan WhastApp, Senin (21/7/2017).
Kehadiran pelabuhan ekspor ini, menurut John, dapat meningkatkan pendapatan daerah. Selain itu, dapat menarik investor untuk berinvestasi industri lanjutan dari CPO di Bengkulu.
Saat ini, pengapalan CPO dari Bengkulu ke untuk ekspor maupun domestik menggunakan pelabuhan provinsi lain seperti Padang dan Lampung. Akibatnya, biaya pengiriman menjadi lebih tinggi 40%.
“Tanpa kehadiran pelabuhan ekspor, CPO dari Bengkulu dikirim via darat ke padang ataupun ke lampung, dan via laut pelabuhan Pulau Baai,” katanya.
Diharapkan pelabuhan ekspor ini mampu beroperasi pada 2018. Kapasitas pelabuhan dapat dimasuki kapal berkapasitas 40 ribu ton. Rencana lainnya adalah menyiapkan transportasi kereta api untuk jaringan logistik.
John Siregar menambahkan gubernur juga menginstruksikan pendataan perkebunan sawit dan kopi rakyat kepada kepala dinas perkebunan di tingkat kabupaten. Nantinya, data ini akan dipakai untuk kegiatan peremajaan petani rakyat.