JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Menko Maritim, Luhut B.Panjaitan, menggelar Rapat Koordinasi dengan Pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (12 Juli 2018). Dalam rapat ini pengurus APKSINDO yang dipimpin Anizar Simanjuntak (Ketua Umum) dan Amin Nugroho (Ketua Harian) yang merupakan kelanjutan dari rapat sebelumnya pada 25 Mei 2018.
Anizar Simanjuntak memberikan penjelasan kepada Menko Luhut berkaitan turunnya harga TBS Sawit di sejumlah daerah. Anjloknya harga disebabkan tidak adanya pabrik sawit yang dikelola kelompok petani rakyat khususnya swadaya.
“Di pertemuan ini, kami minta solusi melalui pembangunan pabrik sawit untuk mengatasi masalah ini. Dengan adanya pabrik sawit maka harga dapat dikatrol di tingkat petani,”ujarnya. Tanpa adanya pabrik, harga TBS petani mudah melorot seperti saat ini menjadi Rp 700 per kilogram. Padahal, sebelum lebaran harga masih bertengger Rp 1.600 per kilogram.
Pabrik sawit yang diusulkan APKASINDO berkapasitas 30 ton TBS per jam. Nilai invetasi mencapai Rp 120 miliar. Apabila pinjaman dari China Development Bank benar terealisasi, maka kredit dapat dilunasi dalam jangka waktu 4 tahun. Sebelumnya di rapat Mei kemarin, Menko Luhut menginformasikan tawaran dari pinjaman China sebesar US$15 milliar untuk peremajaan lahan sawit seluas 2,5 juta hektare.
Hadir dalam rapat ini antara lain pengurus APKSINDO yaitu Rino Afrino (Wasekjen), Gulat Manurung (Ketua DPW APKASINDO Riau), Sumyoto (Ketua DPW APKASINDO Kalimantan Timur), dan Suhendri (Sekretaris APKASINDO Kalimantan Utara). Selain itu hadir pula Prof. JW Saputro (1945 Institute) dan Budi Kuncoro (Pakar Keuangan).
Menko Luhut mengapresiasi usulan pengurus APKSINDO berkaitan pembiayaan kepada usaha pertanian sawit rakyat. Tetapi mengajukan pinjaman China Development Bank, Luhut meminta ada pilot project yang jelas untuk kegiatan peremajaan dan pabrik. Pembiayaan proyek ini dapat memanfaatkan dana bantuan UNDP sebesar US$ 1 miliar.
“Pinjaman China ini dapat gede, kita harus berhati-hati juga. Tapi saya mau dana ini tidak hanya untuk pengusaha melainkan mix kalian juga (petani),” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, Menko Luhut meminta dibuat tim kecil untuk mengkaji pembiayaan replanting dan pembangunan pabrik sawit. Tim ini akan berisi staf Menko, perwakilan APKASINDO,dan Prof. JW Saputro.
Gulat Manurung mengakui pabrik sawit sangat penting bagi petani supaya tidak lagi menjual buah. Selama ini, pabrik lebih banyak dimiliki sektor swasta dan penetapan harga berdasarkan keputusan pabrik. Oleh karena itu, solusinya adalah petani swadaya memiliki pabrik pengolahan mandiri dengan menggunakan kredit bantuan dana tersebut.
“Nantinya, akan dibentuk tim kecil dalam jangka waktu 3 hari ini. Harapannya, pembangunan pabrik sawit mulai berjalan tahun ini. Salah satu daerah yang kami usulkan adalah Riau,” katanya.