JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Sebagai industri nasional unggulan di pasar global dibutuhkan strategi yang teoat dan dukungan dari beragam pemangku kebijakan agar indsutri sawit tetap unggul. Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Badaan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit menyatakan ada lima visi sebagai capaian industri sawit pada 2045.
Pertama adalah visi produktivitas, pada 2045 Indoensia diperkirakan akan mampu memproduksi 60 juta ton CPO. Prinsip 25-25 yaitu 25 ton TBS per hektar dengan rendemen sebesar 25 persen dituturkan Bayu akan menjadi target, khususnya untuk petani swadaya yang masih memiliki produktivitas rendah.
Target 60 juta ton CPO pada 2045 sendiri dituturkan Bayu merupakan target yang sangat realistis dan, serta telah mempertimbangkan beragam aspek seperti moratorium pembukaan lahan. “Jangan terlalu banyak suplai, selain soal menjaga harga para pelaku industri sekarang memang seharusnya fokus kepada hilirisasi,” tambah Bayu dalam Silaturahmi dan Halal Bihalal dengan Stakeholder Gathering Sawit Indonesia yang diadakan BPDP Sawit, pada Kamis (21/7), di Jakarta.
Kedua adalah visi keberlanjutan. Tudingan negatif yang kerap dialamatkan kepada industri sawit nasional tentu harus bisa dijawab dengan praktik budidaya sawit yang berkelanjutan guna mendukung daya saing industri sawit.
“Secara operasional kesinambungan industri sawit nasional tetap akan berbasis pada ISPO yang saat ini sudah adayang akan terus diperkuat sekaligus disempurnakan. ISPO juga harus didodrong agar mendapat pengakuan secara internasional, dihormati, dan disegani. Sehingga pada 2045 Indonesia mampu untuk memproduksi dan menjual 100 persen sawit yang berkelanjutan,” jelas Bayu.
Ketiga adalah visi nilai tambah, mendorong hilirisasi industri sawit akan jadi fokus sehingga pada 2045 industri sawit nasional akan menjadi industri multiproduk yang terintegrasi. Mandatori biodiesel 20 persen yang dimulai tahun ini dan akan terus ditingkatkan kandungannya pada tahun-tahun mendatang menurut Bayu menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memacu hilirisasi industri sawit.
Saat ini pengembangan biodiesel dari sawit sedang memasuki fase penting guna menentukan masa depan industri biodiesel dengan investasi di sisi produksi yang berkembang pesat. Hingga saat ini jumlah kapasitas terpasang produksi biodiesel telah mencapai 9,5 juta kiloliter. Namun di sisi investasi logistik dan konsumsinya baru mencapai 30 persen dari jumlah tersebut.
“jika investasi di sisi logistik dan konsumsi sudah mencapai 60 persen saja maka salah satu tulang punggung industri sawit ini akan memasuki kondisi untuk dapat tinggal landas dengan pertumbuhan yang lebih cepat,” lanjut Bayu.
Keempat adalah visi kesejahteraan, pada 2045 industri sawit nasional akan memiliki target perbandingan antara perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara berturut-turut sebesar 55 persen, 40 persen, dan 5 persen. Dengan makin besarnya peran perkebunan rakyat diharapkan kesejahteraan petani sawit mampu ditingkatkan guna membantu mengentaskan kemiskinan.
“Selain itu, Petani sawit juga harus mendapatkan manfaat optimal dari multiproduk yang dihasilkan, sehingga nantinya petani tidak hanya mampu mengandalkan harga jual TBS kebunnya,” tambah Bayu.
Kelima adalah visi kelembagaan, kelengkapan komponen kelembagaan industri sawit nasional mulai dari petani, pengusaha, pemerintah, dan profesional serta asoisiasi maupun organisai terkait pada 2045 harus menjadi pilar utama dan berperan aktif dalam pengembangan industri sawit. (Anggar Septiadi)