JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kalangan eksportir sawit dibuat pusing dengan kebijakan Pelindo I di Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Beleid ini membatasi jumlah kontainer yang dibawa masuk ke dalam pelabuhan tersebut. Jika terus dibiarkan, ekspor sawit dari Sumatera Utara berpotensi turun 30% setiap bulan.
Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), mengatakan aturan ini berjalan per 1 Juli 2016. Pangkal masalah bermula dari kebijakan otoritas Belawan di bawah Pelindo I yang membatasi satu truk diperbolehkan hanya membawa satu kontainer. Sebelum aturan berlaku boleh dua kontainer.
“Alasan mereka (Pelindo I) pelabuhan Belawan kekurangan fasilitas timbangan. Makanya dibatasi jumlah kontainer yang masuk,” jelas Sahat Sinaga kepada SAWIT INDONESIA, di Jakarta, Kamis (21/7).
Akibat kebijakan pembatasan tersebut, ekspor produk hilir sawit tertahan di Belawan. Sahat memperkirakan jumlah kontainer yang tertahan sebanyak 90 kontainer. Setiap hari, pengiriman produk hilir sawit dari Belawan berjumlah 300 kontainer. “Aturan baru berakibat jumlah kontainer yang dikirim turun 30 persen dari biasanya,” keluh Sahat.
Cherie Thomas, Wakil Ketua GIMNI menceritakan pembatasan kontainer membuat kemacetan panjang di depan pintu masuk Pelabuhan Belawan. Antrian disebabkan jumlah truk trailer naik dua kali lipat karena satu truk membawa satu kontainer saja.
Tak hanya itu, beban eksportir semakin bertambah karena jumlah truk trailer yang dibutuhkan menjadi double. Di satu sisi, kenaikan perusahaan jasa logistik juga kekurangan trailer lantaran permintaan trailer meningkat tajam.
“Banyak kontainer yang tertahan sehingga pengiriman tidak sesuai jadwal. Saya kan punya kontrak tapi pelabuhan tidak sanggup melayani kontainer saya yang mau masuk,” ujar Cherie kepada SAWIT INDONESIA dalam sambungan telepon.
Dampak lain adalah waktu pengiriman lebih lama. Menurut Sahat, pembatasan kontainer berakibat barang sampai di atas kapal butuh waktu 95-100 jam atau sekitar 4 hari. Sebelumnya, paling lama 72 jam.
“Aturaan ini juga membuat biaya tambahan 50 dolar per ton untuk ongkos angkut. Ini belum termasuk penalti dari pembeli,” keluh Cherie.
Cherie mengatakan kalangan eksportir telah mengajukan keluhan terhadap regulasi pembatasan kontainer. Dalam jangka panjang apabila dibiarkan membuat daya saing ekspor bisa turun. “Pembeli bisa berpaling kepada negara lain,” kata Cherie. (Qayuum)
sumber foto: istimewa