Bakteri probiotik sangat efektif membantu pelaku sawit dalam mengelola limbah cair di pabrik. Manfaat bakteri ini sanggup menghilangkan bau limbah dan menetralisir kandungan pencemar sehingga mampu mencegah pencemaran lingkungan.
Riza Fahlevi, Direktur PT Sintesa Karya Anugrah Mulia, mengatakan pengelolaan dengan produk limbah biologis memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan pengolahan yang bersifat kimiawi dan fisika. Untuk pengolahan bersifat fisika biasanya nilai investasinya sangat mahal, sementara pengolahan kimiawi akan menggunakan zat kimiawi dan berpotensi mencemari lingkungan.
Kelebihan pengolahan menggunakan produk yang bersifat biologis ini adalah dapat menetralisir limbah (bau dan parameter pencemarnya) dan tidak membahayakan lingkungan lewat bakteri probiotik. “Jadi, pengolahan secara biologis ini dapat menetralisir beberapa parameter pencemar limbah yang tidak bisa dinetralisir oleh produk kimiawi dan metode fisika,seperti bau dan kandungan amoniak,” kata Riza.
Perusahaan mengembangkan inovasi produk bakteri yang bernama Starbact. Starbact ini terbagi atas dua jenis yaitu Starbact anaerob dan aerob. Riza memaparkan pembagian ini ditujukan untuk menyesuaikan dengan kondisi kolam pembuangan limbah saja.
Dalam produk Starbact, ada empat unsur yang bekerja mengendalikan limbah antara lain nitrosomonassp, nitrobactersp, pseodomonassp, dan bacillus sp. Keempat strain bakteri ini sangat efektif dalam menghilangkan bau limbah karena mampu menurunkan kandungan pencemar-pencemar dalam limbahcair CPO.
“Merek Starbact Aerob dan Starbact Anaerob telah kami patenkan di Ditjen HAKI-Depkumham sebelum dijual ke pasar,” kata Riza penuh semangat.
Perbedaan bakteri aerob dan anaerob terdapat dalam kebutuhan terhadap oksigen ketika aplikasi di lapangan. Bakteri probiotik aerob cenderung membutuhkan banyak oksigen yang diberikan melalui sistem aerasi seperti pompa blower atau air mancur. Intinya, bakteri aerobharus disuplai oksigen secara rutin sewaktu diaplikasikan ke dalam limbah (minimal kandungan oksigennya adalah 2,5 ppm). Itu sebabnya, papar Riza, aplikasi bakteri aerob terbatas untuk pengelolaan limbah di rumah sakit, gedung, pabrik sawit, dan budidaya ikan air tawar.
Sedangkan bakteri probiotik Anaerob tidak memerlukan oksigen terlalu banyak dan cenderung lebih luas dalam proses aplikasi di lapangan. Dengan demikian, papar Riza, Starbact Anaerob berguna tidak hanya untuk pengolahan limbah sajatetapi mampu mengatasi mampet dan bau di septik tank, wastafel dapur,starter dalam pembuatan kompos dan perbaikan tanah yang sudah tercemar.
Menariknya lagi, Starbact telah dicampurkan zat herbal yang memberikan aroma harum. “Walaupun telah dicampur zat herbal dengan keempat strain bakteri tersebut tetapi tidak menghilangkan fungsi bakteri-bakteri yang terdapat dalam Starbact,”kata dia.
Produk yang dihasilkan PT Sintesa Karya Anugrah Mulia ini telah digunakan oleh PT Sriwijaya Palm Oil pada 2009 untuk menangani pencemaran bau limbah CPO di lingkungan sekitar perkebunan. Riza menjelaskan limbah sawit di pabrik tersebut dapat tercium dengan radius sampai 3 kilometer. Aroma bau tidak mengenakkan ini berasal dari lagun-lagun (kolam) limbah yang dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah perusahaan atau perkebunan kelapa sawit. Penyebabnya, perusahaan memakai metode pengelolaan sangat sederhana dengan hanya mengumpulkan limbah cair ke lagun berukuran besar.
Dari pengalaman Riza, limbah yang masuk ke dalam lagun dapat mencapai 250-400 meter kubik per hari. Setiap satu liter bakteri probiotik dapat menetralisir 50-100 meter kubik limbah tergantung sistem pengolahan yang dipakai. Dia menjelaskan dengan pemakaian dosis rendah maka jumlah probiotik yang dipakai sebanyak 4 liter dalam satu hari.
Ada beberapa nilai tambah yang diperoleh dari Starbact ini yakni dapat menurunkan nilai COD, BOD, amoniak, dan seluruh parameter pencemar pada limbah organik. Kemudian, Starbact dapat digunakan untuk menyiram tanaman kelapa sawit karena secara tidak langsung bakteri ini dapat menguraikan zat-zat kimia di dalam pupuk kimia seperti NPK.
“Artinya, penggunaan bakteri probiotik pengurai limbah ini bisa menghemat biaya produksi dalam proses pemupukan. Apalagi efek dari bakteri probiotik ini bisa langsung terlihat setelah 48 jam dari pemakaian,”tutur Riza.
Aplikasi Starbact
Penggunaan Starbact cukup mudah dan fleksibel serta dapat disesuaikan dengan tempat pembuangan limbah di perkebunan. Jika, ditempat pembuangan limbah tersebut tidak ada kolam aerasi berarti menggunakan Starbact-anaerob sedangkan jika sudah ada fasilitas kolam aerasi berarti menggunakan Starbact-aerob. Namun, kebanyakan customer menggunakan Starbact-anaerob karena sistem pengolahan limbah mereka masih sederhana (hanya sistem lagun saja).
Untuk proses aplikasi, Starbact dikocok terlebih dahulu untuk beberapa saat. Setelah itu, nilai pH limbah diatur sekitar pH 6,5-8 dengan menggunakan H2SO4 atau NaOH/CaCO3. Barulah, dicampurkan 100 liter Starbact-anaerob ke dalam limbah yang volumenya 100 ton (kurang lebih 100 meter kubik limbah) pada kolam kedua sebaiknya dosis pencampuran minimal. Langkah selanjutnya, tutuplah saluran masuk dan saluran keluar kolam selama 48 jam.
Kemudian, saluran masuk dan keluar kolam limbah dibuka perlahan-lahan. Barulah, dilakukan penyedotan balik (dengan bantuan pompa) dari kolam terakhir ke kolam kedua tersebut untuk efisiensi pemakaian bakteri. Setelah 1-2 minggu kemudian, tuangkan Starbact-anaerob setiap hari ke bak kedua yang ditujukan mengganti bakteri yang sudah lemah.
“Limbah sawit yang telah dinetralisir dapat digunakan untuk menyiram pohon (dapat membantu proses penguraian pupuk kimia di dalam tanah) dan membantu pembentukan kompos dari limbah padat, karena di dalam limbah tersebut masih terkandung bakteri probiotik,” kata Riza.
Dia mengatakan aplikasi produk tidak perlu menggunakan bantuan alat aerator/blower sebab bakteri bersifat anaerobik. Keunggulan dari produk ini, tidak perlu ditambahkan campuran zat lain kecuali jika komposisi kandungan organiknya sangat rendah dibanding kandungan anorganiknya.
Setiap tahun, secara keseluruhan permintaan terhadap produk Starbact meningkat 20%-30%. Ke depan, perusahaan akan fokus mengembangkan penjualan untuk pasar industri sawit. Tercatat hingga saat ini, sudah ada beberapa perusahaan sawit yang memakai produk Starbact antara lain PT Sriwijaya Palm Oil, PT Kalimantan Sawit Kusuma, PT Bonti Permai Jayaraya (Lyman Group), PT Ondop Perkasa Makmur, PT Kurnia Tunggal Nugraha, PT Putra Bangka Mandiri, dan PT Mutiara Alam Lestari.
PT Sintesa Karya Anugrah Mulia berencana mengembangkan dua produk varian lagi. Nantinya, akan dikembangkan bakteri probiotik khusus penghancur lemak yang dikhususkan kepada limbah restoran. Saat ini, sedang dikembangkan pula riset probiotik untuk limbah logam berat. (Hendro)