• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Tuesday, 28 March 2023
Trending
  • Menerima Dana Tahap Awal Perdagangan Karbon
  • TBS di Kalbar Capai Harga Tertinggi Rp2.661,93/kg
  • BPDP Menginisiasi Pembentukan Sawit Learning Center (WINNER)
  • RSPO dan ISPO Bukti Sawit Berkelanjutan
  • Provinsi Kaltim Gelar Pasar Murah
  • Transisi Energi Bagi Perlindungan Lingkungan Dari Dampak Perubahan Iklim
  • BPBD Riau Mengirimkan Tim dan Peralatan Penanganan Karhutla ke Bengkalis
  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Menjadikan UMKM Sebagai Inti Bisnisnya
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Mengatasi Kebakaran Lahan Dimulai Dari Desa
Sosok

Mengatasi Kebakaran Lahan Dimulai Dari Desa

By RedaksiNovember 20, 20155 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Di usia ke-25, Anderson Tanoto makin percaya diri tampil di berbagai forum dan pertemuan internasional. Putra bungsu pasangan Sukanto Tanoto  dan Tinah Bingei Tanoto ini punya visi masa depan dalam pengelolaan bisnis berbasis sumber daya alam. Desa Bebas Api – program PT RAPP anak usaha RGE – berasal dari pemikiran  Anderson Tanoto supaya kebakaran lahan tidak terus berulang setiap tahunnya.  

“Desa yang wilayahnya tidak ada api  perlu diberikan insentif. Penyelesaian masalah kebakaran lebih efektif dimulai dari desa bukan di tingkat kabupaten atau provinsi,” ujar alumnus Wharton School di University of Pennsylvania.

Program desa bebas api mulai berjalan di tiga desa semenjak tahun lalu. Jumlah desa binaan tahun ini sebanyak 9 desa berada di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. “Dari sembilan desa tadi, lima desa mampu bebas api dan tidak terjadi kebakaran sama sekali. Memang ini belum sempurna tetapi memberikan harapan. Solusi  pencegahan kebakaran semestinya dari desa,” kata Anderson.

Perbincangan Anderson Tanoto dengan sejumlah wartawan termasuk Pemimpin Redaksi Majalah SAWIT INDONESIA, Qayuum Amri, dilakukan selepas Anderson kembali dari Amerika Serikat. “Hari ini baru kembali setelah mengikuti kunjungan resmi Presiden Jokowi. Dalam pandangan saya, Jokowi sangat serius bukan lip service, mau turun ke lapangan dan leadership sangat kuat,” ujarnya pada 3 November kemarin.

Hampir satu jam lamanya Anderson Tanoto berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam mengelola bisnis. Berikut ini petikan wawancara kami yang berlangsung di  Restoran Mamanda, kawasan Sultan Gate, Singapura:

Bagaimana pandangan Bapak mengenai implementasi program B-15 yang telah berjalan semenjak Agustus kemarin?

Baca juga :   CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

Perusahaan kami Asian Agri dan Apical termasuk penghasil biodiesel tiga terbesar di Indonesia sekarang ini. Kapasitas produksi biodiesel mencapai 500 ribu ton. Harapan saya, program B-15 berpengaruh kepada supply demand CPO.  Sebab biodiesel dapat menyerap pasokan CPO sebesar tiga juta sampai empat juta ton ton per tahun. Kalau suplai diturunkan mestinya harga dapat naik. Harusnya, program ini dapat memberikan efek nyata.

Tapi realitasnya sejak tahun 2010 banyak orang tanam sawit dan mereka produksi 2-3 tahun. Makanya, tahun depan diperkirakan banyak volume yang masuk ke market. Sementara itu, permintaan dari negara luar untuk kegiatan ekspor seperti Tiongkok dan India diperkirakan masih lemah.

Sejumlah LSM menuduh perusahaan kelapa sawit dan kertas melakukan pembakaran lahan. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kasus ini?

Kami punya anak perusahaan yang bergerak di bidang pulp and paper. Bahan baku produk kami berasal dari kayu masa  kami bakar kayu punya sendiri. Itu tidak masuk akal. Perusahaan kami  membutuhkan kayu sehingga tidak mungkin dibakar sendiri.

Kedua, perusahaan seperti kami  mengekspor ke 85 negara tujuan dan membangun reputasi hingga 40 tahun lamanya. Mana mungkin demi ekspansi lahan seribu atau dua ribu hektar membakar lahan, itu tidak mungkin.

Dengan teman-teman NGO kita juga sangat dekat dan sering kami undang mereka. Terkait, kebakaran lahan  kami ajak mereka (red-NGO) bersama untuk bantu padamkan api. Tapi mereka kabur semua.  Karyawan kami yang jumlahnya ribuan orang ikut  memadamkan api. Mengapa teman-teman NGO hanya bisa menuduh. Tapi ketika diminta ikut pemadaman tidak ada orang.

Baca juga :   Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

Lahan yang terbakar apakah sumber bahan baku untuk  pulp?

Produk untuk pulp itu semua kayu bisa digunakan. Tapi kalau terbakar kayunya tidak bisa dipakai lagi karena sudah menjadi karbon. Sementara, kalau perusahaan HTI tidak mungkin. Anak usaha sawit kami seperti  Asian Agri tidak lagi ekspansi.

Luas lahan konsesi Asian Agri mencapai 160 ribu  terdiri dari lahan petani plasma 60 ribu hektare dan lahan inti (perusahaan) seluas 100 ribu hektare. Selain itu, kami menjalin kerjasama dengan kebun petani swadaya seluas 10 ribu hektare. Kalau menuduh, ya terserah mereka mau bilang apa. Kalau Walhi tidak menuduh, mereka tidak ada kerjaan juga walapun mereka teman baik kami.

Ibu Erna Witoelar, dan Rahmat Witoelar sudah berkunjung ke lokasi kami dan mereka melihat langsung ke lapangan. Mereka katakan; kalian sudah mengerjakan suatu yang sangat bagus karena memperluas areal konservasi. Hutan jika tidak dijaga dan kurang dipedulikan kendati hutan tersebut dimiliki pemerintah. Khawatirnya berpotensi untuk terbakar juga.

Saat ini, kami membuat ring untuk melindungi hutan konservasi perusahaan  memang tidak murah. Perlu banyak orang di lapangan untuk menjaga hutan. Tanpa ada kepedulian dikhawatirkan  tidak akan ada hutan.

Pembeli mensyaratkan rekam jejak produk, apakah grup bapak sudah siap untuk memenuhi  permintaan tersebut?

Supplier HTI semuanya dikelola oleh perusahaan. Perusahaan HTI kami ini traceability mencapai  100 persen. Komoditi sawit itu sangatlah penting menunjukkan traceability. Sebagai contoh, apabila  TBS milik petani tidak dibeli di satu pabrik maka bisa dijual ke pabrik lain. Berbeda dengan kayu hanya bisa dijual untuk satu tempat. Dan supplier tidak bisa ke tempat lain apabila sudah pegang long term contract. Di HTI,  pertanggungjawaban semua lokasi itu jelas.

Baca juga :   Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

Kalau sawit ini memang beda, banyak PKS. Perusahaan kami menerima TBS yang berasal dari lokasi perkebunan kami sendiri. Ada pula  petani yang telah menjalin kerjasama selama 25 tahun lamanya.

Mengapa isu sustainable penting bagi perusahaan?

Kami ini perusahaan yang beroperasi selama  40 tahun lebih. Saya masih mau berbisnis di Indonesia dan ingin menjalankan perusahaan ini untuk 50 tahun mendatang. Jangka waktu  investasi kami ini tidak bersifat jangka pendek 15-20 tahun. Reputasi yang sudah kita bangun ini juga harus dijaga melalui praktek sustainable sebab saya pribadi khawatir dengan resiko climate change. Saya masih muda bisa sengasara nanti.

Saat ini, kami sangat peduli dengan masalah kebakaran ini. Dalam pandangan saya, semua harus terlibat dalam penanganan masalah ini baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Karyawan kami di Pangkalan Kerinci memasang AC di beberapa sekolah kita untuk membantu mereka bisa belajar tanpa terganggu asap. Sekitar 8 sekolah dipasang AC dengan jumlah 80 kelas karena hampir 3 minggu lamanya murid-murid tidak bisa sekolah. Semua orang sengsara akibat asap ini.

(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 November-15 Desember 2015)

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

1 day ago Berita Terbaru

Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

4 days ago Berita Terbaru

BPDPKS dan Majalah Sawit Indonesia Promosikan Sawit Sehat Kepada 145 UKMK Solo

5 days ago Berita Terbaru

CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

7 days ago Berita Terbaru

APKASINDO : Tuduhan Pepsico dan Campina, Lukai Petani Sawit

1 week ago Berita Terbaru

Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

2 weeks ago Berita Terbaru

Indonesian Planters Society Edukasi Petani Sawit

2 weeks ago Berita Terbaru

Dwi Sutoro dan Eddy Martono Kandidat Ketum GAPKI, Ini Profil Keduanya

3 weeks ago Berita Terbaru

Pesan Bang Joefly Jelang Munas GAPKI XI

3 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 1 month ago2 Mins Read
Event

Promosi Sawit Sehat Dan Lomba Kreasi Makanan Sehat UKMK Serta Masyarakat

Event 6 days ago1 Min Read
Latest Post

Menerima Dana Tahap Awal Perdagangan Karbon

11 hours ago

TBS di Kalbar Capai Harga Tertinggi Rp2.661,93/kg

12 hours ago

BPDP Menginisiasi Pembentukan Sawit Learning Center (WINNER)

13 hours ago

RSPO dan ISPO Bukti Sawit Berkelanjutan

14 hours ago

Provinsi Kaltim Gelar Pasar Murah

14 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version