SINGAPURA, SAWIT INDONESIA – Sudah saatnya kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dimulai dari desa. Pasalnya, lebih efektif melibatkan masyarakat desa untuk mengawasi titik api sekaligus membantu pemadaman dibandingkan mengandalkan partisipasi tingkat kecamatan dan provinsi.
Gagasan ini diungkapkan Anderson Tanoto, Direktur Royal Golden Eagle (RGE) Indonesia, menanggapi kejadian kebakaran lahan yang terjadi tiga bulan terakhir ini. Menurutnya, perusahaan mampu mengembangkan program desa bebas api yang sudah berjalan semenjak tahun lalu. Jumlah desa binaan tahun ini sebanyak 9 desa yang berada di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. Pada 2014, desa bebas api baru berjalan di tiga desa.
“Dari sembilan desa tadi, lima desa mampu bebas api dan tidak terjadi kebakaran sama sekali. Memang ini belum sempurna tetapi memberikan harapan. Solusi pencegahan kebakaran semestinya dari desa,” kata Anderson dalam diskusi bersama 25 wartawan media cetak dan elektronik di Singapura, Selasa (4/5).
Anderson menyebutkan program ini dapat berhasil melalui pemberian insentif terbagi dua tipe kepada setiap desa apabila mampu menjaga wilayahnya dari kebakaran. Pertama, apabila tidak terjadi kebakaran di desa binaan selama enam bulan maka diberikan insentif sebesar Rp 100 juta. Kedua, kalaupun sebuah desa tidak bisa mencegah kebakaran tetapi luas wilayah kebakaran di bawah dua hektare akan diberikan Rp 50 juta hektare.
“’Tapi kalau kebakaran meluas dan di atas dua hektare, mereka tidak dapat insentif apapun. Kami menciptakan masyarakat peduli api di level desa bukan provinsi,” kata Anderson.
Pada 2016, jumlah desa bebas api ditargetkan bertambah menjadi 20-30 desa. Anggaran yang disiapkan sekitar US$35 ribu. Andersen mengatakan sangat prihatin terhadap dampak kebakaran lahan yang terjadi tahun ini terutama yang berimbas buruk kepada bayi dan anak kecil. Perusahaan pun enggan kebakaran terjadi di lahan yang dikelolanya dan punya kebijakan zero burning.
Selain memberikan insentif, strategi lain yang ditempuh perusahaan dalam mengatasi kebakaran antara lain melibatkan ketua tim desa berfungsi menyinergikan pencegahan dan pemadaman kebakaran lahan. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Langkah berikutnya, perusahaan menyediakan alternatif bantuan pembukaan lahan tanpa membakar, yakni menggunakan teknologi supaya kebakaran dapat diantisipasi sedini mungkin. Selanjutnya membangun komunikasi intens dengan masyarakat desa dalam upaya meningkatkan kesadaran mereka akan bahaya kebakaran dan kabut asap bagi kesehatan. Sosialisasi ini berguna untuk mencegah kebakaran lahan.
Terakhir, membangun pemantauan kualitas udara yang berdasarkan data dan fakta di lapangan. Untuk dapat berhasil, program Desa Bebas Api ini membutuhkan keterlibatan langsung masyarakat, pemangku kepentingan, aparat penegak hukum, korporasi dan lembaga swadaya masyarakat.
Program desa bebas api dijalankan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), anak usaha RGE Indonesia, yang melibatkan sembilan desa yang tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Pelalawan. Yakni, Kelurahan Pelalawan, Desa Sering dan Kuala Tolam di Kecamatan Pelalawan. Kemudian, Kelurahan Teluk Meranti, Desa Teluk Binjai, Petodaan, Kuala Panduk, Pulau Muda dan Segamai di Kecamatan Teluk Meranti.