Sub Sahara Afrika. Minyak sawit merupakan sumber utama konsumsi minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika. Sumber minyak nabati lainnya juga diperoleh dari minyak kedele dan rapeseed oil yang juga cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 1965, hampir 90% konsumsi minyak nabati di kawasan ini adalah minyak sawit, dan sisanya dipenuhi oleh rapeseed oil dan minyak kedele. Sejak tahun 2000 peran minyak kedele dan rapeseed oil semakin besar.
Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Sub Sahara Afrika adalah 711.900 ton. Tahun 1980, konsumsi minyak nabati meningkat lebih 2 kali lipat menjadi 1.520.600 ton, atau rata-rata meningkat 7,6% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak kedele naik dari 1,5% tahun 1965 menjadi 12,5% pada tahun 1980. Namun proporsi rapeseed oil menurun dari 12,5% menjadi 3,1%. Hal ini menunjukan bahwa pola konsumsi minyak nabati cenderung berkembang pada konsumsi minyak kedele.
Dalam satu dekade, dari tahun 1980 ke 1990, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 1,5 juta ton menjadi 2,8 juta ton lebih, dengan growth 8,6% per tahun. Sumber utama minyak nabati tetap didominasi oleh minyak sawit (71,9%), sedangkan peran minyak sawit kedele menurun dari pangsa 10,4% pada tahun 1980 menjadi 6% pada tahun 1990, sementara minyak rapeseed meningkat dari pangsa 3,1% menjadi 22,2%. Tahun 2000 konsumsi nabati naik menjadi 5,5 juta ton, dengan growth 9,3% per tahun. Dalam dekade 2000-2010, konsumsi minyak nabati di kawasan Sub Sahara Afrika bertumbuh pesat, yakni 9% per tahun, dan tahun 2010 konsumsi minyak nabati telah mencapai 10,4 juta ton, kemudian tahun 2014 naik rata-rat 2,3% per tahun menjadi 11,3 juta ton.
Sumber : GAPKI