Salah satu isu lingkungan global yang ditudingkan negara-negara Barat ke negara-negara tropis (temasuk Indonesia) adalah deforestasi hutan tropis. Deforestasi menjadi isu lingkunan global karena menjadi sumber emisi GHG (sharenya termasuk didalam share land use change) juga dinilai mengancam keanekaragaman hayati (biodiversity).
Mengingat deforestasi terkait dengan perkembangan peradaban masyarakat, maka untuk menjawab beberapa dan dikawasan mana yang paling besar melakukan deforestasi secara global, perlu dilihat sejak peradaban pertanian (1600-an) dimulai dipermukaan bumi.
Studi yang dilakukan Matthew (1983) mengungkapkan fakta yang berbeda dengan anggapan selama ini.
Deforestasi Global antara Hutan Tropis dan Non Tropis Sejak Preode Pertanian sampai Tahun 2015
Uraian | Hutan Tropis (juta ha) | Hutan Non Tropis (juta ha) | Huatan Dunia ( Juta ha) |
Luas Huatan Pra Pertanian1) | 1.277 | 3.351 | 4.628 |
Luas hutan 19801) | 1.229 | 2.698 | 3.927 |
Perubahan (Pra Pertanian 1980) | -48 | 1-653 | -701 |
Luas Huatan 20052) | 1.630 | 2.430 | 4.060 |
Perubahan 1980-2005 | +401 | -268 | +133 |
Perubahan Netto (Pra Pertanian Sampai 2005) | +353 | -921 | -568 |
Sumber : 1). Matthews, E. 1983. Global and Land Use: New high resolution Data Based for Climate Study. Journal of Climate and Applied Meteorology 22: (474-487). 2). FAO (2005,2010). Global Forest Resource Assessmant.
Dalam priode pra pertanian (1600-an) sampai tahun 1980, hutan dunia telah berkurang seluas 701 juta hektar yakni dari semula 4,6milyar hektar menjadi 3,9 milyar hektar. Artinya, dalam priode tersebut deforestasi global telah mencapai 701 juta hektar, yang terdiri atas deforestasi hutan tropis 48 juta hektar dan deforestasi hutan non tropis seluas 653 juta hektar. Kemudian dalam priode tahun 1980-2005 secara global terjadi penambahan luas hutan sekitar 401 juta hektar dari kawasan hutan tropis. Namun hutan non tropis pada priode tersebut berkurang seluas 268 juta hektar. Sehingga secara netto terjadi penambahan areal hutan global sebesar 133 juta hektar.
Jika dihitung secara netto dalam priode tahun pra pertanian (1600-an) sampai tahun 2005, hutan tropis bertambah 353 juta hektar, hutan non tropis berkurang 921 juta hektar sehingga secara netto hutan dunia telah berkurang seluas 568 juta hektar. Data tersebut menunjukan bahwa negera-negara yang paling bayak mengkonversi (deforestasi) hutan adalah negera-negara non tropis yakni 921 juta hektar selama priode pra pertanian sampai tahun 2005. Sedangkan negara-negara tropis secara netto melakukan resorestasi/afforestasi seluas 351 juta hektar. Deforestasi global terjadi di negara-negara yang memiliki hutan non tropis.
Perlu dikemukakan bahwa di negara-negara Eropa dan Amerika Utara hutan primer (virgin forest) saat ini sudah tinggal sedikit digantikan oleh hutan sekunder. Hutan yang ada juga sudah banyak mengalami kerusakan akibat hujan asam (deposisi asam) dari pencemaran industri. Jika konversi hutan (deforestasi) dituduh sebagai salah satu sumber emisi GHG (land use change) dan penyebab punahnya keanekaragaman hayati, maka sangat jelas hal itu terjadi di negara-negara non tropis dan bukan di negara-negara tropis.
Indonesia yang merupakan bagian dari negara-negara tropis yang memiliki hutan tropis, data diatas (dalam priode tahun 1600-an – 2005) sangat jelas menunjukan bahwa Indonesia tidak termasuk negara di dunia yang paling banyak mengkonversi (deforestasi) hutannya. Seandainya pun perkebunan kelapa sawit Indonesia 5,4 juta hektar (tahun 2005) berasal dari deforestasi (sebagaimana tuduhan LSM trans nasional), itu hanya 0,5 persen dari luas deforestasi hutan non tropis. Dengan demikian Indonesia bukan yang merupakan sebagai perusak hutan terbesar.
Sumber: Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global, GAPKI 2013