JAKARTA, SAWITINDONESIA – Darwin Indigo, Ketua Bidang Urusan Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan hambatan kebijakan non tarif dalam perdagangan CPO di pasar global dapat diselesaikan dengan memperkuat nilai tawar Indonesia.
Menurutnya, pemberlakukan kebijakan non-tariff barriers di beberapa negara pembeli CPO karena muncul kekhawatiran pertumbuhan sawit yang terlalu besar. Kebijakan non tarrif barrier diterapkan melalui isu standardisasi dan lingkungan.
“Kalau dilihat non-tariff barriers cukup sulit dihadapi dan harus ada kompromi untuk penyelesaiannya. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan harus menggunakan bargaining power,” kata Darwin kepada SAWIT INDONESIA di Jakarta kemarin.
Lebih lanjut, menurut Darwin, nilai tawar Indonesia sangatlah kuat karena pertumbuhan ekonomi negara ini sangat pesat dan banyaknya jumlah penduduk. Dari aspek demokrasi, Indonesia termasuk yang paling maju dari negara lain. Itu sebabnya, semua hal tersebut tidak bisa dilihat sebelah mata.
Salah satu nilai tawar yang dapat dimainkan industri sawit nasional adalah penggunaan biodiesel. Darwin menjelaskan rencana penggunaan campuran biodiesel sebesar 20% pada 2016 diperkirakan mampu menyerap 6 juta ton CPO. Angka ini setara dengan konsumsi CPO di pasar Eropa. Jika terealisasi, Indonesia akan berperan banyak dalam peta perdagangan CPO dunia.