JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Asian Agri menargetkan kemitraan dengan petani plasma dan petani swadaya, untuk mengelola kebun kelapa sawit seluas 100.000 hektare (ha). Kemitraan ini bertujuan mengamankan pasokan kelapa sawit, memasarkan benih topaz serta meningkatkan praktik perkebunan petani, yang hari ini produktivitasnya masih rendah.
“Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit sekitar 42% lahannya masih dikuasai oleh petani. Namun produksi mereka hanya menyumbang 37% dari total produksi nasional. Ini menunjukkan masih rendahnya produktivitas petani secara umum,” kata Maria Sidabutar Head Of Corporate Communication Asian Agri, pekan lalu, di Tangerang.
Selain itu, menurut dia, pemahaman petani swadaya mengenai praktik perkebunan yang ramah lingkungan juga minim. Sebab, petani swadaya tidak mendapatkan bantuan keuangan, peralatan modern dan pengetahuan tentang praktik perkebunan yang tepat, baik dari perusahaan maupun pemerintah.
Asian Agri akan menggandeng petani plasma dan swadaya menjadi mitra dalam mengelola kebun kelapa sawit seluas 100.000 ha pada tahun 2018. Komitmen kemitraan one to one ini, akan dijalankan lewat program pendampingan dan pemberdayaan kepada para petani.
Luas areal petani tersebut sebanding dengan luas perkebunan Asian Agri setara 100.000 hektare. Saat ini, Asian Agri menjalin kemitraan dengan petani plasma yang memiliki total perkebunan seluas 60.000 hektare. Untuk memperluas kemitraan petani swadaya diperkirakan 40.000 hektare kemitraan tahun 2018. “Tahun ini kemitraan dengan petani swadaya telah mencapai lebih dari 25.000 hektare,” ungkap Maria.
Dalam hal ini, pihak perusahaan akan melibatkan petani plasma sebagai mitra untuk menggandeng petani swadaya, melalui kegiatan studi banding, pelatihan-pelatihan, pembibingan di organisasi petani dan lainnya.