SOLO, SAWIT INDONESIA – Pemenuhan kebutuhan minyak sawit dunia akan meningkat signifikan dalam kurun waktu 30 tahun mendatang. Indonesia dapat menyuplai permintaan minyak sawit ini asalkan produktivitas sawit petani dapat diperbaiki.
Bungaran Saragih, Guru Besar Institut Pertanian Bogor, mengatakan permintaan minyak sawit dunia dapat bertambah 30 juta ton antara 2045-2050, dari pasokan dunia saat ini berjumlah sekitar 65 juta ton. Tingginya peningkatan produksi untuk memenuhi makan penduduk dunia yang terus bertambah.
Dilanjutkan Bungaran bahwa Indonesia dapat menjadi pemasok utama minyak sawit tanpa menggiatkan perluasan lahan sawit. Caranya mengintensifkan produktivitas sawit petani yang saat ini produktivitasnya rendah.
“Masa depan sawit berada di tangan petani. Itu sebabnya daya saing petani harus ditingkatkan,”kata Bungaran Saragih dalam kata sambutan di Pertemuan Teknis Kelapa Sawit (PTKS) yang diadakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Solo, Selasa (18/7/2017).
Dari tahun 1980, luas perkebunan sawit rakyat baru 6.175 hektare (ha) lalu meningkat menjadi 4,76 juta ha atau 41 persen dari total luasan 11,67 juta ha pada 2016.
Walaupun demikian, kenaikan lahan belum berbanding lurus seiring produktivitas. Produksi sawit rakyat baru mencapai 35 persen, tertinggal jauh bila dibandingkan dengan perusahaan perkebunan sawit swasta yang mencapai 57 persen dengan luas areal yang hampir sama.
Bayu Krisnamurthi, Ketua Perhimpunan Ekonomi Petani Indonesia (Perhepi), mengatakan selisih produktivitas perkebunan sawit rakyat masih terlalu besar. Idealnya satu hektare dapat menghasilkan 25 ton TBS, dengan tingkat rendemen 25 persen.
Dengan begitu, setiap satu hektare tanaman bisa menghasilkan 5-6 ton minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). “Saat ini, produktivitas petani baru 2,5 ton-3 ton per ha,” katanya Bayu.
Hasril Siregar, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS), mengatakan Pertemuan Teknis Kelapa sawit 2017 menjadi ajang pertemuan tahunan itu merupakan ajang berbagi informasi, inovasi, dan teknologi dari lembaga riset, stakeholder, dan petani.
Ditambahkan Hasril, pertemuan teknis ini diharapkan menjadi ajang sharing temuan dan inovasi yang bisa berkontribusi pada peningkatan produktivitas perkebunan sawit rakyat.
PTKS 2017 berlangsung selama dua hari pada 18-19 Juli 2017 di Solo, Jawa Tengah. Kegiatan dua tahunan ini menghadirkan pembicara dari berbagai unsur seperti pemerintah, universitas, petani, dan lembaga lainnya.