JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Resolusi sawit Parlemen Uni Eropa tidak mempengaruhi permintaan sawit dari pembeli Benua Biru. Ini terlihat dari laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada April ini.
Data GAPKI menunjukkan ekspor minyak sawit Indonesia ke negara-negara Uni Eropa mencatatkan kenaikan sebesar 27% atau dari 352,02 ribu ton di Februari meningkat menjad 446,92 ribu ton pada Maret.
Kanya Lakshmi, Pengurus GAPKI menyebutkan kenaikan ekspor sawit ke negara-negara Eropa menunjukkan bahwa mereka tetap membutuhkan minyak sawit. Kebutuhan sawit di Uni Eropa karena beberapa proses produksi di industri terutama untuk produk-produk yang digunakan dalam rumah tangga sehari-hari sangat tergantung pada minyak sawit.
“Minyak sawit lebih murah harganya dibandingkan minyak nabati lain,”ujarnya.
Kondisi sama terjadi di Amerika Serikat. Padahal beberapa minggu sebelumnya Asosiasi Minyak Nabati Amerika Serikat juga menuduh Indonesia melakukan praktek dumping terhadap biodiesel yang diekspor. Namun hal ini belum berpengaruh terhadap ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat.
Peningkatan permintaan yang cukup signifikan juga dicatatkan oleh Negeri Paman Sam. Amerika Serikat (AS) mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 52% atau dari 54,85 ribu ton di Februari meningkat menjadi 83,38 ribu ton pada Maret. Kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga diikuti oleh negara-negara Africa 13% dan Pakistan 10%.
Sayangnya, ekspor sawit Indonesia ke Indoa dan China mengalami penurunan. Pada Maret ini, India mencatatkan penurunan sebesar 27% atau dari 587,93 ribu ton di Februari menurun menjadi 430,03 ribu ton. Diikuti China turun 18% atau dari 344.09 ribu ton di Februari turun menjadi 322.14 ribu ton.
“Kedua negara ini menurunkan permintaan karena stok rapeseed di kedua negara yang berlebihan khususnya India. Selain itu, negara India baru saja mengeluarkan regulasi penurunan tarif impor minyak bunga matahari dari 30% menjadi 10% yang efektif berlaku pada 1 April 2017,” tutur Kanya.
Dengan kondisi seperti ini menyebabkan para pedagang menahan pembelian minyak sawit dan akan menaikkan pembelian minyak bunga matahari untuk memanfaatkan turunnya tarif impor. (Virdika Rizky Utama)