JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Melalui gelaran talkshow ‘Advokasi Kelapa Sawit di Media Sosial’, INSTIPER Yogyakarta menggandeng perusahaan perkebunan yakni Astra Agro Lestari, mengajak generasi muda terutama mahasiswanya agar memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan kampanye positif sawit.
Talkshow menghadirkan Tofan Mahdi, Senior Vice President Communication and Public Affairs PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AAL), dan Rujito Purnomo, Board of Director PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AAL), dipandu oleh Fenny Sofyan, Communication and Investor Relations Manager, PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AAL), pada Selasa (13 September 2022).
Rektor INSTIPER, Dr. Ir. Harsawardana, M.Eng, menyampaikan pihaknya bangga dapat berkolaborasi dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit (Astra Agro Lestari), dengan program Agrovaria Goes to Campus. Menjadi suatu upaya dari kedua institusi (pendidikan tinggi dan bisnis) untuk melakukan sinergi.
“Tentu ini menjadi langkah strategis dari kedua institusi untuk menyatukan langkah dalam rangka menyosialisasikan dan mengenalkan industri dan bisnis kelapa sawit di Indonesia yang berkontribusi dalam kesejahteraan dan perekonomian nasional,” ujarnya, saat memberikan sambutan.
“Kami berharap kerjasama ini dapat berlanjut dan memberikan manfaat semua pihak. Dalam hal ini, ke depan akan melibatkan mahasiswa untuk aktif dalam mengampanyekan positif industri dan bisnis kelapa sawit,” tambah Harsawardana.
Seperti diketahui, meski industri sawit berkontribusi besar pada perekonomian nasional, tetapi tidak jarang masih menghadapi tantangan terutama tantangan yang selalu dipojokkan dengan kampanye negatif. Bahkan, isu yang digaungkan selalu berubah-ubah.
Tofan Mahdi mengatakan terdapat beberapa isu kampanye negatif kelapa sawit di antaranya deforestasi karena alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, hilangnya habitat, isu kesehatan, isu perubahan iklim, dan beberapa isu yang selalu memojokkan.
“Kelapa sawit merupakan satu-satunya komoditas unggulan perkebunan yang berkontribusi bagi devisa negara mencapai 25% dari APBN. Kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi jika dibandingkan dengan komoditas minyak nabati yang lain. Selain itu kelapa sawit bersifat sustainable karena merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi hingga 25 tahun. Untuk itu, kelapa sawit menjadi kompetitor yang sulit ditandingi dari sisi produktivitas bagi negara produsen minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak zaitun. Maka tak heran, kemudian muncul isu-isu negatif sawit,” ujar Tofan.
Namun yang sangat disayangkan, lanjutnya di dunia maya seperti di sosial media seperti Twitter masih banyak pemberitaan yang memojokkan kelapa sawit dan masih sangat sedikit yang membalas isu tersebut dengan kampanye positif untuk membuka fakta-fakta positif di bidang perkebunan kelapa sawit.
“Hal ini bisa jadi karena anak muda Indonesia belum tergerak untuk aktif dalam diskusi global saat membahas kelapa sawit karena pada umumnya menggunakan bahasa inggris,” imbuh Tofan.
Untuk itu, ia mengajak seluruh mahasiswa INSTIPER untuk melawan kampanye negatif sawit. “Mari kita sampaikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memperhatikan aspek keberlanjutan dari proses budidaya hingga pengolahannya. Kebun kelapa sawit milik perusahaan maupun perorangan wajib memiliki sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang telah diatur dalam Perpres No. 44 Tahun 2020. Dan, sampaikan kepada masyarakat bahwa operasional di industri kelapa sawit telah menjawab tujuan pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam 17 poin Sustainable Development Goals (SDG’s),” pesan Tofan.