Mengantisipasi kejadian karhutla dan potensi meningkatnya eskalasi karhutla di musim kemarau di beberapa daerah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakan Rapat Koordinasi Teknis Pengendalian Karhutla Dan Antisipasi Musim Kemarau bersama para pihak yang dipimpin langsung oleh Menteri LHK secara daring (30/7/2021).
Menteri LHK, Siti Nurbaya mengungkapkan dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang sudah dilakukan KLHK, BPPT, dan TNI sampai dengan 24 Juli 2021 membuat berkurangnya kejadian karhutla, sehingga kondisi masyarakat tenang. Sebagai upaya pencegahan pelaksanaan TMC merupakan tindakan yang strategis.
Selain TMC, Siti Nurbaya juga mengapresiasi pembuatan sistem monitoring hotspot dan patroli pencegahan karhutla yang sudah dilaksanakan oleh lembaga-lembaga lain yang sangat bermanfaat dalam pengendalian karhutla di Indonesia.
Siti Nurbaya juga mengingatkan kejadian karhutla paling besar pada 2015, 2016, dan 2019 terjadi pada bulan September, sehingga kita harus terus waspada dan mudah-mudahan sampai bulan September bisa terlewati dengan karhutla terkendali.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi mengungkapkan titik hotspot saat ini terbanyak terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat sehingga kita harus meningkatkan pemantauan yang lebih ketat dan upaya penanganan yang lebih giat lagi.
“Kegiatan pemadaman darat dalam beberapa minggu terakhir menunjukan Riau dan Kalimantan Barat masih melakukan upaya pemadaman dan terus bersiaga agar tidak ada api yang membesar,” ungkap Laksmi.
Laksmi menambahkan kebakaran yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim dan Kaltara juga sudah berhasil dipadamkan, ke depan perlu terus meningkatkan kesiap-siagaan untuk mengantisipasi kejadian karhutla.
“Kita terus mengantisipasi agar luas karhutla pada tahun 2021 ini tidak lebih tinggi dari angka pada tahun 2020 untuk itu kami terus meningkatkan upaya dengan melibatkan berbagai pihak,” jelas Laksmi.
Laksmi menambahkan beberapa upaya yang masih terus dilaksanakan adalah Patroli Mandiri Manggala Agni dan Patroli Terpadu yang terus dilaksanakan di berbagai provinsi rawan karhutla. Sedangkan upaya TMC perlu terus dilaksanakan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. TMC telah berhasil meningkatkan jumlah curah hujan dibandingkan dengan jumlah alaminya.
“Di Riau, Kalimantan Barat, Jambi dan Sumatera Selatan juga terus dilaksanakan waterbombing untuk membantu pemadaman darat, jelas Laksmi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan Indeks ENSO Juli 2021 menunjukkan kondisi netral dan diprakirakan kondisi ini berlangsung hingga awal tahun 2022. Sebanyak 72% daerah zona musim telah memasuki musim kemarau, hari tanpa hujan berada pada kategori ekstrem panjang terpantau di beberapa daerah seperti NTB dan NTT.
“Bulan Agustus – Oktober 2021 curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masuk kategori rendah, sedangkan November – Januari 2021 kategori menengah-tinggi. Potensi karhutla berada di Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB dan NTT,” jelas Dwikorita.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ganib Warsito meyakimkan bahwa BNPB akan terus memberikan dukungan pendampingan dalam bentuk bantuan dana siap pakai serta sarana dan prasarana operasi pemadaman (darat dan udara). BNPB berperan dalam komando pengerahan sumber daya nasional pada saat keadaan darurat bencana.
“BNPB berperan membangun keterpaduan dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat di daerah rawan karhutla serta mendukung KLHK dalam harmonisasi peraturan perundangan untuk pengendalian karhutla.
Rahmat Hidayat ahli klimatologi dari IPB University mengungkapkan peluang ENSO Netral sekitar 51% pada Agustus hingga Oktober dan berpotensi La Nina lemah terlihat selama September hingga November dan berlanjut hingga awal 2022, peluang 65% terjadi selama November hingga Januari 2022.
“Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia bersifat di atas normal saat memasuki bulan Agustus dan September, selanjutnya potensi curah hujan bersifat normal setelahnya khususnya Indonesia bagian barat.
Hadir dalam acara ini Menteri LHK, Kepala BNPB, Kepala BMKG, Kepala BPPT, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, para Eselon I lingkup KLHK, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan se-Indonesia, ahli klimatologi Rahmat Hidayat dari IPB University, serta Kadaops Manggala Agni se-Indonesia.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id