JAKARTA, SAWIT INDONESIA – DPP Forum Mahasiswa Sawit (FORMASI) meminta Nadiem Makarim, Mendikbud Ristek RI dan Dinas Pendidikan Riau untuk menginvestigasi munculnya pertanyaan yang memojokkan kelapa sawit di ujian siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Siak, Kabupaten Kampar, Riau.
Dalam ujian Sekolah Dasar untuk siswa kelas 5 “Penilaian Akhir Sekolah Dasar 2020-2021” di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Senin (7 Juni 2021).
Terlihat pertanyaan soal IPS di nomor 17 yaitu dampak negatif interaksi manusia dengan lingkungan pada perkebunan kelapa sawit adalah.
Pertanyaan ini dilengkapi empat jawaban ganda yang harus dipilih siswa yaitu A. Meningkatkan lapangan pekerjaan; B. Meningkatkan pembangunan daerah; C. Berkurangnya sumber daya air; D. Pemukiman penduduk semakin banyak.
“Kami protes soal ujian yang ditujukan kepada siswa Sekolah Dasar Kabupaten Kampar, Riau. Karena pertanyaan tersebut cenderung mendiskreditkan sawit,” ujar Ketua DPP Forum Mahasiswa Sawit (FORMASI) Indonesia Amir Aripin Harahap, Senin (7 Juni 2021).
Ia menilai ada upaya penggiringan yang terstruktur, sistematis dan massif agar anak-anak Indonesia membenci sawit. “Itu bahaya, kalau anak sekolah dasar sudah dimanfaatkan dengan pertanyaan seperti itu,” kecam Amir.
Redaksi berupaya mengklarifikasi pertanyaan di ujian akhir sekolah dasar ini kepada Dinas Pendidikan Kampar.
Amir berharap pertanyaan seperti ini jangan sampai terulang lagi di Indonesia. Apalagi di saat bersamaan ekonomi Indonesia ditopang kelapa sawit. Selain itu Presiden Jokowi memberikan perhatian serius kepada kelapa sawit Indonesia pada 7 tahun terakhir.
Yang terjadi, malahan muncul ujian anak sekolah dasar seperti itu. Oleh karena itu, ia meminta agar Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar mengevaluasi dan menegur sekolah SD di Kabupaten Kampar tersebut.
“Kami minta agar Bapak Menteri Pendidikan mengevaluasi dan menegur pihak SD itu. Agar hal semacam ini tidak terulang lagi di seluruh sekolah di Indonesia. Dinas Pendidikan itu tugasnya mendidik anak-anak sekolah, bukan malah sibuk berkampanye negatif dengan memanfaatkan siswa,” tegas Amir.
Ada dua kemungkinan munculnya pertanyaan seperti ini. Pertama, kemungkinan pihak yang membuat soal ujian tidak mengerti soal sawit. Kedua, pembuat soal mengerti dan secara sengaja untuk menyampaikan informasi yang salah soal sawit.
“Jika yang membuat soal tidak mengerti maka tugas kami salah satu organisasi pemerhati sawit memberi pengertian, Namun yang paling berbahaya jika yang kedua tadi,. Wah ini bahaya, benarlah jika Gerakan TSM untuk membangun citra negatif tentang sawit sudah berada pada titik mengkwatirkan, ya benar,”pungkas Amir.