JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Walaupun Belgia melarang penggunaan biofuel dari sawit dan kedelai pada 2022. Faktanya, adapula perusahaan asal Belgia yang berbisnis sawit. Bahkan seabad lalu, warga negara Belgia bernama Adrian Hallet yang membawa sistem perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia. Apakah ini tidak kontradiktif?
Dirangkum dari berbagai data, Adrien Hallet adalah Insinyur Pertanian yang membuka lahan seluas 2.600 hektare untuk perkebunan sawit di Sei Liput, Pulo Raja dan Deli Muda. Pada 1911, ia membawa empat bibit sawit dari Kongo untuk ditanam di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Bersama rekannya, Henry Fauconnier, mereka memperkenalkan sistem perkebunan sawit di Indonesia. Termasuk juga membuka kebun sawit di Tennamaram dekat Rantau Panjang, Malaysia.
Adrien Hallet adalah pendiri Societe Financiere des Caouchoucs atau SOCFIN. Salah satu kelompok usaha sawit tertua di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang.
Kebijakan Belgia melarang penggunaan biofuel dari sawit. Tentu saja menjadi pertanyaan besar. Sebab, tanaman ini dibawa orang Belgia ke Indonesia dan Malaysia. Di sisi lain, perusahaan asal Belgia juga meraup cuan dari kelapa sawit.
Inilah 2 perusahaan Belgia yang berbisnis sawit di Asia dan Afrika:
1.SIPEF
SIPEF (Société Internationale de Plantations et de Finance) adalah perusahaan agribisnis kelapa sawit yang berkantor pusat di Schoten, Belgia. Perusahaan ini juga terdaftar di Bursa Saham Euronext Brussels. Berdiri pada 1919, lini bisnisnya bergerak di bidang kelapa sawit, karet alam, teh, pisang, dan bunga.
Wilayah operasional SIPEF berada di luar Belgia antara lain Indonesia, Papua Nugini, dan Pantai Gading. Kontribusi utama pendapatannya bersumber dari kelapa sawit. Pada 2020, produksi CPO yang dihasilkan dari kebun sendiri mencapai 271.472 ton. Total luas lahan tertanam yang dikelola SIPEF 83.893 hektare. Dari jumlah ini, sekitar 91% atau 76.473 hektare adalah lahan kelapa sawit.
SIPEF mengelola lebih dari 35 perkebunan kelapa sawit, dan menghasilkan minyak sawit dan kelapa sawit kernel di 6 pabrik di Indonesia. Di Papua Nugini, perusahaan juga mengelola 3 pabrik sawit. Luas perkebunan sawitnya di Indonesia mencapai 69.387 hektare di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Sepanjang 2020, SIPEF meraup pendapatan sebesar US$ 274,027 juta atau naik 10,4% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 248,311 juta. Pendapatan perusahaan sekitar 95% atau US$ 236,707 juta bersumber dari kelapa sawit.
2.SIAT Group
Siat adalah grup perusahaan yang berkantor pusat di Brussel, Belgia, dengan bisnis agrobisnis yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet. Saat ini, grup memiliki 46.800 hektar perkebunan kelapa sawit, 23.344 hektar perkebunan karet. Selain itu, perusahaan mengelola 3 pabrik kelapa sawit.
Perusahaan mengelola bisnis kelapa sawit dan karet di sejumlah negara seperti Gabon, Ghana, Nigeria, Pantai Gading, dan Kamboja.