Kampanye Mighty Earth dinilai merugikan masyarakat Papua. Isu deforestasi berakibat masyarakat kesulitan memperoleh hak lahan plasma. Perusahaan seperti Korindo tidak berani membangun plasma karena tekanan NGO asal Amerika Serikat ini.
“Masyarakat belum pernah bertemu mereka (Mighty Earth). Tidak pernah mereka datang ke tempat kami. Makanya, masyarakat datang ke Jakarta dan mempertanyakan tuduhan mereka,” kata Pemilik hak ulayat di Distrik Subur, Boven Digul, Yustinus Gambenop.
Saat bertemu Phil Aikman, Direktur Kampanye Mighty Earth dan FSC Expert , Yustinus bersama pemegang hak ulayat lain memprotes tuduhan deforestasi yang dialamatkan kepada anak usaha Korindo. Selama ini, menurutnya, masyarakat desanya justru merasakan dampak sosial dan ekonomi pasca hadirnya Korindo Grup di wilayahnya.
“Jadi mereka (Mighty Earth) mematikan dampak positif perusahaan kepada masyarakat. Sejauh ini, kami tidak ada masalah dengan perusahaan. Karena banyak membantu masyarakat dan janjikan lahan plasma 20% dari areal. Sekarang ini era modern. Masyarakat tidak lagi pegang busur untuk cari makan,” ujar Yustinus.
Kehadiran perusahaan berdampak positif untuk melakukan pembangunan mulai dari sarana umum berupa akses jalan, klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah hingga pemberdayaan masyarakat melalui rekrutmen masyarakat setempat menjadi karyawan.
Dalam lamannya, Mighty Earth disebutkan organisasi kampanye global yang bekerja untuk melindungi lingkungan global. Organisasi ini berkantor pusat di Washington, Amerika Serikat. Pendiri organisasi ini adalah Henry A. Waxman, mantan anggota parlemen. Sejumlah kegiatan Mighty Earth didukung Waxman Strategies yangmendapatkan pendanaan dari European Federation for Transport and Environment, Center for International Policy, AidEnvironment, dan National Wildlife Federation di bawah hibah Norwegian Agency for the Development Cooperation.
Phil Aikman, Direktur Kampanye Mighty Earth dan FSC Expert menjelaskan bahwa tidak memiliki kantor perwakilan di Indonesia. Dalam melakukan investigasi dan kampanye, ia melakukan hubungan kerjasama dengan LSM lokal di Indonesia. Saat ini, Mighty Earth fokus memantau perkembangan deforestasi yang terjadi di Papua. “Kantor pusat kami di Washington. Dan saya bekerja dari London. Tidak ada ada kantor perwakilan di sini (Indonesia),” ujarnya saat diwawancarai di Jakarta
Ia pun menepis anggapan bahwa lembaganya mendapatkan dana dari perusahaan minyak nabati kompetitor sawit. Fokus utama organisasinya mengkampanyekan menghentikan pemanfaatan hutan dan deforestasi yang dijalankan oleh Korindo serta memenuhi sertifikasi FSC dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan kehutanan dan mematuhi prinsip dari FPIC (Free Prior and Informed Consent). Manajer Sustainable Korindo, Luwy Lewunufna juga menepis tuduhan deforestasi yang dialamatkan pada Korindo. “Jika tudingan deforestasi adalah menghilangkan fungsi hutan dengan menkonversikannya menjadi perkebunan kelapa sawit, Korindo sudah menempuh semua jalur dari tingkat pemerintah pusat dan daerah yang diwajibkan dalam upaya konversi lahan ini,” terangnya.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 95)