JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah Rusia berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi produk sawit dari 10% menjadi 20%. Jika kebijakan ini berjalan, maka pasar ekspor sawit Indonesia semakin tertekan daya saingnya.
“Rusia akan menaikkan pajak (PPN) untuk sawit dari 10% menjadi 20% seperti yang berlaku umum. Selama ini sawit diberi relaksasi PPN,” kata Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).
Terkait usulan kenaikan pajak ini, kata Sahat, pihaknya meminta pemerintah Rusia untuk mempertimbangkan rencana ini karena hubungan dagang dan politik antara Indonesia dan Rusia sudah berjalan baik selama ini.
Selama ini, pasar sawit di Rusia berkembang baik dengan pertumbuhan mencapai 1,36 juta ton pada 2018. Dari jumlah tersebut, Indonesia menguasai pasar mencapai 74,4 % dan sisanya dari Rotterdam dan Malaysia.
“Untuk produk crude seperti CPO dan CPKO tidak diminati di Russia, karena refineri di negara tersebut sibuk sekali mengolah minyak soft oils (sunflower, rapeseed dan sejenisnya),” kata Sahat.
Isu 3MCPD menjadi tantangan lain pasar sawit Indonesia di Rusia. Sahat menjelaskan pihak Rusia ingi melihat keseriusan pemerintah Indonesia untuk menanggulangi persoalan ini terutama dari aspek regulasi. Ada banyak pertanyaan berkaitan kesiapan laboratorium yang siap dan terakreditasi untuk dipakai uji sampel minyak sawit oleh umum.
Sahat Sinaga dan sejumlah perwakilan asosiasi sawit menghadiri Forum Indonesia-Rusia yang digelar 2-4 Agustus 2019. Festival ini berlangsung di taman kota seluas 16,5 hektare yang berada di tengah ibu kota Rusia tersebut.
Forum Bisnis Indonesia-Rusia ini terdiri dari empat sesi mencakup infrastruktur dan energi, perdagangan bilateral, kolaborasi pariwisata, dan industri minyak sawit.
Forum Bisnis Indonesia-Rusia yang digelar Kedutaan Besar RI itu diikuti ratusan pengusaha kedua negara. Sejumlah pejabat dari Indonesia hadir, seperti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Data KBRI menyebutkan, total perdagangan Indonesia-Rusia 2018 mencapai USD2,58 miliar, 2017 sebanyak USD3,27 miliar, dan 2016 sebesar USD2,61 miliar.