PT Socfin Indonesia (Socfindo) mendorong penggunaan DxP Socfindo Moderat Toleran Gano (MTG) bagi perkebunan kelapa sawit yang memasuki fase peremajaan. Sepanjang 2018, penjualannya mencapai 4,2 juta butir.
Andi Suwignyo, General Manager PT Socfindo, menjelaskan bahwa serangan Ganoderma harus diwaspadai oleh kalangan pengusaha dan petani kelapa sawit terutama bagi kebun yang sedang diremajakan. Sebagian besar lahan sawit di Indonesia memasuki generasi kedua yang rentan Ganoderma. Itu sebabnya, Socfindo semenjak beberapa tahun lalu memperkenalkan varietas DxP Socfindo Moderat Toleran Gano (MTG).
“Fokus kepada MT Gano karena banyak perkebunan kelapa sawit yang sudah masuk generasi kedua. Jika lahan terpapar Ganoderma, maka disarankan menggunakan MT Gano,” jelas Andi.
Andi Suwignyo mengatakan pihaknya selalu menyampaikan kepada customer supaya memilih benih yang toleran Ganoderma khususnya kebun kelapa sawit yang sedang diremajakan. Pengguna tidak boleh salah pilih benih terutama bagi perkebunan yang sudah terpapar Ganoderma.
Saat ini, kalangan pekebun sangat mewaspadai serangan Ganoderma. Lalu, kenapa Ganoderma sangat berbahaya bagi perkebunan kelapa sawit? Ganoderma adalah cendawan patogen tular tanah (soil-borne disease) yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit. Cendawan ini dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama (resting spore). Cendawan Ganoderma merupakan cendawan monosiklik, inokulumnya sudah terinvestasi di dalam tanah, khususnya pada lapisan top soil tanah. Serangan Ganoderma menjadi dominan karena ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit yang disertai tidak adanya cendawan kompetitor dalam tanah. Kondisi ini disebabkan penurunan unsur hara organik dalam tanah dan aplikasi herbisida yang kurang bijak.
PT Socfindo adalah produsen benih pertama di Indonesia yang merilis varietas benih toleran Ganoderma sejak 2013. Varietas DxP Socfindo MT Gano beredar resmi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Bernomor 4569/Kpts/SR.120/8/2013 yang memberikan perizinan untuk distribusi dan pemasaran.
Socfindo telah melakukan penelitian cukup lama untuk menghasilkan DxP Socfindo MT Gano. Untuk mendapatkan benih varietas toleran Gano, percobaan dilakukan dengan metode early screening test di pembibitan. Hasil dari early screening test akan dikorelasikan dengan hasil percobaan di lapangan seperti parental garden, progeny trial dan Ganoderma trial.
Itu sebabnya, Socfindo rutin menjalankan early screening test untuk mendapatkan persilangan yang toleran Ganoderma. E.P. Sihombing Head of Agriculture PT Socfindo, dalam kesempatan terpisah, menyebutkan Laboratorium Patologi Socfindo konsisten melakukan early screening test terhadap progeny-progeny Socfindo untuk memperoleh material yang toleran terhadap Ganoderma.
Andi Suwignyo mengatakan Socfindo selalu menyampaikan kepada customer supaya memilih benih yang toleran Ganoderma khususnya kebun yang sedang diremajakan. |
Dikatakan E.P. Sihombing, dalam jangka panjang Socfindo akan meningkatkan “level of resistance” dari material DxP Socfindo Moderat Toleran Gano (MTG). Sesama material yang memiliki ketahanan terhadap Ganoderma akan disilangkan, sehingga diperoleh material yang memiliki tingkat ketahanan yang lebih dari material MT Gano sebelumnya.
Sepanjang dua tahun terakhir, tren permintaan DxP Socfindo MT Gano kian diminati. Agustiaman Purba, Seed Sales and Marketing PT Socfindo, menjelaskan bahwa varietas MT Gano terus meningkat permintaannya karena sangat direkomendasikan untuk program replanting.
“Tahun 2018, khusus penjualan MT Gano mencapai 4,2 juta butir. Ada peningkatan penjualan mendekati double dibanding tahun 2017 yang berjumlah 2,2 juta butir,” jelas Agustiaman.
Berdasarkan data resmi, Socfindo menjual benih (net sales) kelapa sawit sebesar 13 juta butir sepanjang 2018. Penjualan meningkat 5,5 % dari tahun 2017.
Andi Suwignyo mengakui DxP Socfindo MT Gano menjadi produk unggulan perusahaan. Karena perkebunan kelapa sawit bersifat jangka panjang yang akan diremajakan kembali pada umur 25 sampai 30 tahun mendatang. Disinilah, perlunya benih yang mampu menghadapi ancaman Ganoderma.
Andi menyebutkan tren penjualan benih kurang lebih tumbuh 3-4 persen. Pertumbuhan penjualan benih saat ini bergantung kepada program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Karena perusahan belum banyak melakukan peremajaan, diperkirakan baru akan diremajakan pada masa 3-4 tahun berikutnya.