JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Golden Agri Resources (GAR), induk perusahaan PT Smart Tbk, merilis Laporan Keberlanjutan Perusahaan (Sustainability Report) jntuk periode 2014-2015. Dalam laporannya GAR melaporkan perkembangan terkini perusahaan dalam memenuhi komitmennya melaksanakan Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (GAR).
Agus Purnomo Managing Director for Sustainabili and Strategic Stakeholder Engagement GAR berharap dengan dirilisnya laporan ini persepsi industri sawit yang buruk mampu diperbaiki. “Banyak persepsi salah soal sawit, kami ingin menunjukan ada praktik sawit yang berkelanjutan. Kami telah memiliki komitmen untuk melakukannya, dan semoga laporan ini mampu menunjukan komitmen tersebut telah kami lakukan,” kata Agus.
Ada empat aspek utama yang terdapat dalam laporan tersebut yaitu lingkungan, sosial masyarakat, hubungan industrial, dan rantai pasok. Laporan Keberlanjutan GAR ini memaparkan kemajuan dari kemitraan perusahaan bersama masyarakat dalam upaya konservasi melalui pendekatan partisipatif dan inovatif.
High Concervation Value (HCV) dan High Carbon Stock) jadi poin utama GAR dalam melakukan upaya keberlanjutannya dari segi lingkungan dengan tak melakukan ekspansi di areal HCV maupun HCS.
GAR telah mengidentifikasikan 75 ribu hektar areal HCV dan HCS dari total konsesi miliknya. Agus menjelaskan identifikasi areal HCV dan HCS di konsesi miliknya dimulai dari tahun lalu dengan melakukan pemetaan partisipatif yang dilakukan bersama masyarakat di 50 desa dari 7 konsesi miliknya.
“Tahun ini kami rencanakan bisa tambah 22 desa lagi untuk melakukan pemetaan partisipatif, upaya tersebut kemudian akan dilanjutkan dengan membuat perencanaan konservasi partisipatif untuk 25 desa di 6 konsesi kami,” jelas Agus.
Melalui identifikasi ini GAR berkomitmen untuk melestarikan dan melindungi spesies langka, terancam dan hampir punah, dan ekosistem, serta habitatnya. Sedangkan pelestarian HCS dilakukan melalui upaya misalnya dengan menghitung emisi gas rumah kaca dengan 6 kategori.
Dari segi hubungan industrial pada 2015 GAR tercatat telah bermitra dengan 67 ribu petani plasma yang memasok 22 persen kebutuhan TBS GAR. Selain plasma, Golden Agri Publikasikan Kemajuan Praktik Sustainability juga turut membantu petani swadaya, khususnya dalam melakukan peremajaan lahan.
“GAR turut membantu petani swadaya memperoleh fasilitas kredit lunak dengan tenor relatif lebih panjang senilai US$.3,59 juta dari Bank BUMN untuk lahan seluas 500 hektar. Akhir tahun lalu ada 270 petani di Riau yang ikut skema pendaan ini,” kata Bambang.
Sedangkan dari segi rantai pasok, pada 2020 GAR telah memiliki 100 persen kemamputelusuran (traceability) rantai pasok TBS miliknya hingga ke level kebun. Agus menyebut upaya ini dilakukan GAR supaya perusahaan dapat membuktikan seluruh rantai pasoknya dihasilkan dari upaya yang berkelanjutan. GAR telah berhasil mengidentifikasi hingga ke level PKS.
Agus menyebut hingga akhir tahun lalu seluruh produksi CPO GAR berasal dari 489 PKS yang 44 diantaranya merupakan milik GAR sedangkan sisanya berasal dari pabrik pihak ketiga.
“Kalau yang berasal dari PKS kami sendiri mungkin agak mudah ditelusur, namun yang bukan memang sulit karena kita tidak tahu asal TBSnya. Makanya kemudian kita identifikasi misalnya dimana PKS yang memiliki resiko besar karena berjarak dekat area konservasi,” kata Agus.
Agus menambahkan dari hasil identifikasi sementara telah ada selusin lebih PKS yang memiliki resiko besar. Namun ia menyebut bahwa GAR tidak akan berperan sebagai polisi dengan menyalahkan sumber PKS tersebut.
“Kalau yang berada di dekat taman nasional misalnya kita evaluasi bersama, kita minta catatannya kalau pasokan ke PKS tersebut memang legal artinya tidak ditanam di area yang dilarang. Kita juga sedang membangun metode untuk mengurangi resiko tersebut,” papar Agus. (Anggar S)