JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil ( ISPO) menjadi instrumen untuk menunjukkan komitmen Indonesia terhadap produk sawit berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu dapat dipakai menjadi alat negosiasi menghadapi hambatan perdagangan.
Pada Rabu (3/8), sertifikat ISPO diserahkan kepada 35 perusahaan kelapa sawit. Ini berarti, jumlah perusahaan kelapa sawit yang mendapatkan sertifikat bertambah menjadi 149 perusahaan.
“Total sertifikat ISPO yang telah didiberikan sebanyak184 dengan total luas lahan 1,4 juta hektare. Masih jauh dari target, ini menjadi tugas kita bersama untuk mempercepat dan memperluas cakupan ISPO kita,” ujar Darmin Nasution, Menteri Perekonomian, dalamPenyerahan Sertifikat ISPO dan Dialog Interaktif Penguatan ISPO, Rabu (3/8), di Jakarta.
Darmin menyebutka ISPO sangat penting bagi perusahaan untuk meyakinkan negara-negara lain bahwa perusahaan telah mementingkan keberlangsungan dan ramah lingkungan.
Joko Supriyono, Ketua GAPKI, menyebutkan bahwa dari awal pelaku usaha sawit menndukung ISPO sebagai langkah berani pemerintah. ” ISPO ini menjadikan semua perusahaan sawit bisa sustainable tidak hanya 2 sampai 3 perusahaan,”jelasnya.
Menurut Joko, ISPO dapat pula menjadi instrumen negosiasi menghadapi hambatan perdagangan produk kelapa sawit
Penguatan ISPO, sambung Darmin, dapat dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, memperbaiki legalitas dan menurunkan deforestasi. ISPO pun berlaku wajib bagi perusahaan perkebunan.
Dijelaskan Darmin, SPO adalah standar yang disepakati untuk menjadikan produk kita memiliki standar yang kredibel, dihormati dan diterima secara internasional.
“Demi penguatan ISPO diperlukan penyusunan road map oleh para pemangku kepentingan termasuk moratorium perkebunan kelapa sawit itu sendiri,” tambah Darmin. (Qayuum)