PT Yara Indonesia berupaya memperkuat penjualan produk pupuk NPK di Indonesia terutama perkebunan sawit. Saat ini, kegiatan penjualan dan distribusi produk ditangani langsung oleh PT Yara Indonesia. Salah satu tujuannya membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan pengguna seperti petani.
Di Indonesia, hampir 42% lahan dari 11,9 juta hektare perkebunan dikelola oleh keluarga petani. Tantangan yang dihadapi petani sawit adalah meningkatkan produktivitas tanaman. Salah satu cara mendapatkan hasil produksi terbaik yaitu menggunakan produk pupuk terbaik sesuai kebutuhan hara tanaman.
Bea Siti Nabilla R, Sales&Marketing Manager PT Yara Indonesia, menjelaskan bahwa petani merupakan salah satu konsumen yang menjadi perhatian perusahaan. Sebagai bagian dari bisnis Yara Internasional, perusahaan pupuk yang berbasis di Norwegia, perusahan ingin membuat pendekatan dan komunikasi yang baik dengan petani dan perusahaan perkebunan.
Oleh karena itulah, kegiatan penjualan maupun distribusi pupuk Yara ditangani langsung oleh PT Yara Indonesia, anak usaha Yara International di Indonesia, semenjak Agustus 2017. Sebelumnya, penjualan pupuk Yara di Indonesia dipegang oleh perusahaan distributor pupuk lainnya.
“Semenjak Agustus 2017, kami sendiri yang menangani penjualan dan penyaluran pupuk ke distributor. Di negara lain seperti Vietnam dan Malaysia, Yara langsung menjual sendiri produknya. Untuk Indonesia baru dimulai tahun ini,” kata Siti Nabilla yang akrab dipanggil Bea.
Menurut Bea, salah satu alasan penjualan dipegang langsung oleh Yara karena perusahaan ingin berkomunikasi langsung dengan pengguna seperti petani dan perusahaan perkebunan. Pendekatan ini merupakan bagian strategi perusahaan yaitu farmer-centric strategy. Dengan begitu, mulai dari kegiatan dari hulu sampai hilir, lalu produksi, impor sampai kepada distribusi dan komunikasi dengan petani dijalankan secara langsung.
Saat ini, PT Yara Indonesia telah mempunyai tim agronomi, sales, dan manager area sehingga mereka dapat fokus bekerja salah satunya membangun hubungan baik dengan pengguna. Tujuannya adalah perusahaan ingin mengedukasi pengguna dalam hal ini petani. Karena pendekatan seperti ini akan membantu transfer pengetahuan dan informasi kepada konsumen. “Tim kami dari agronomi, sales, dan manager area diarahkan supaya bisa fokus bertemu petani maupun toko ritel,” ujarnya.