World Plantation Conference and Exhibition (WPLACE) 2017 berupaya menjawab tantangan persoalan perkebunan di Indonesia.Melalui konferensi ini diharapkan muncul solusi berbasis teknologi yang bersifat terobosan dan dapat diaplikasikan pelaku industri perkebunan.
Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI, menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk dan perkembangan dunia yang terjadi saat ini dan yang akan datang merupakan tantangan besar bagi sektor perkebunan. Pasalnya, di satu sisi, kebutuhan di sektor komoditi baik itu komoditi untuk pangan maupun komoditi untuk industri akan terus meningkat, sementara di sisi lain, ketersediaan lahan akan semakin menyusut akibat alih fungsi lahan yang digunakan untuk perkantoran, pabrik, residence, dan infrastruktur lainnya.
“Semua dilema itu akan terjadi dan satu satunya yang bisa mengatasi semua itu adalah teknologi dan disiplin kita semuanya”, ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam pembukaan World Plantation Conference and Exhibition (WPLACE) 2017, pada akhir Oktober 2017.
Wapres Jusuf Kalla menjelaskan bahwa penerapan teknologi perkebunan seperti teknologi bibit, teknologi tanam, teknologi hemat air sangat dibutuhkan karena sektor perkebunan sangat bergantung pada iklim yang baik, kualitas tanah yang baik, dan sumber air yang cukup.
Selain itu, keterbatasan tenaga kerja juga akan membayangi sektor perkebunan karena pada tahun 2050 sebagian besar penduduk dunia diprediksi akan masuk ke perkotaan. Oleh karena itu, di tengah perubahan iklim dan urbanisasi yang terjadi, riset perkebunan sangat dibutuhkan.
Lebih lanjut Wapres menambahkan bahwa disiplin masyarakat juga tidak kalah pentingnya. “Dibutuhkan disiplin masyarakat untuk bertanam sesuai waktu, sesuai lahan yang cocok, tidak merambah hutan karena air akan semakin habis, dan tidak berkebun di bukit karena akan longsor”, ujarnya.