JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Jusuf Kalla, Wapres RI, melontarkan ancaman tindakan balasan dagang (retaliasi) kepada Amerika Serikat, apabila produk sawit dipersulit dengan kebijakan tarif. Pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi proteksionisme negara yang dipimpin Donald Trump.
“Jika CPO (sawit) kita dihambat masuk ke Amerika, maka kita kurangi impor kedelai dan terigu,” tegas Kalla dalam pidato sambutan dalam Jakarta Food Security Summit-4 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis (8 Maret 2018).
Indonesia, kata Kalla, punya nilai tawar untuk menerapkan strategi tersebut. Karena, kebutuhan terhadap terigu di Indonesia saat ini terhitung tinggi. Masyarakat mengalami perubahan pola konsumsi lantaran meningkatnya pendapatan, dari sebelumnya konsumsi beras beralih ke terigu.
Selain itu, Indonesia mengimpor banyak komoditas dari negara Abang Sam itu. “Kami impor jagung, kedelai, Boeing, juga gandum,” katanya.
Sebagai informasi pada akhir Februari 2018, US Department of Commerce (USDOC) atau Kementeriam Perdagangan Amerika Serikat telah mempublikasikan penentuan akhir (final determination) atas penyelidikan anti dumping untuk produk Biodiesel yang berasal dari Indonesia dan Argentina. Hasilnya sejumlah produsen seperti Wilmar akan dibebani tarif sampai 92,52% dan PT Musim Mas 276,65% dari sebelumnya sebesar 50,71%
Menurut Kalla, apabila Trump menerapkan perang dagang dengan kebijakan yang berat sebelah, akan dibalas oleh negara-negara lain. Tindakan balasan yang dapat terjadi adalah untuk produk-produk di bidang pertanian.
Untuk itu, swasembada pangan tetap menjadi prioritas utama. Jusuf Kalla menegaskan, keamanan pangan dapat terjaga jika produktivitas ditingkatkan. Namun, peningkatan produktivitas ini juga harus memperhatikan aspek lingkungan. “Jadi bagaimana meningkatkan produktivitas dengan teknologi dan sistem, kemudian menjaga lingkungan,” pungkas Jusuf Kalla.
Sumber foto: istimewa