JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI, menanggapi statement Menteri Iklim dan Lingkungan Internasional Inggris, Zac Goldsmith mengenai kesepakatan untuk mengakhiri deforestasi (end deforestation) pada 2030. Sebelumnya dalam artikel di Guardian, Zac Goldsmith menyatakan Inggris telah membangun koalisi 100 negara yang berkomitmen untuk mengakhiri perusakan hutan pada akhir dekade ini.
“Pernyataan zero deforestation dan COP26 Forest Agreement yang dilansir Zac Goldsmith menyesatkan (misleading).Karena COP26 sedang berjalan sehingga belum ada agreement apapun yang dihasilkan pada Selasa 2 November lalu,” jelas Mahendra dalam pernyataaannya.
Di laman gov.uk terdapat policy paper World leaders summit on ‘Action on forests and land use’ yang menyatakan Lebih dari 100 pemimpin, yang mencakup lebih dari 86% hutan dunia, berkomitmen untuk bekerja sama menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan dan degradasi lahan pada 2030 dalam Glasgow Leaders’ Declaration on Forests and Land Use.
Disebutkan pula Indonesia termasuk salah satu dari 100 negara yang berkomitmen mengakhiri deforestasi pada 2030. Mahendra menyangkal adanya end deforestation pada 2030 dalam pertemuan Leaders Meeting on Forrest and Land Use pada 2 November di London. Pertemuan tersebut memang menghasilkan deklarasi.
“Dalam deklarasi yang dihasilkan itu sama sekali tidak ada terminologi ‘end deforestation by 2030’,” jelas Mahendra.
Menurutnya dalam menyikapi pernyataan Goldsmith kita harus mawas diri, jangan lengah dan tidak boleh terpengaruh. Terus fokus dalam pengelolaan hutan, seperti penegasan Presiden Jokowi dalam pidato pembukaan COP26 maupun di Leaders Meeting tanggal 2 November itu. Apalagi yang diungkapkan Presiden Jokowi tentang upaya dan pengelolaan hutan kita diapresiasi banyak negara karena memberikan hasil konkret.
“Indonesia telah mencapai kemajuan terbesar dalam hal pencegahan karhutla dan deforestasi. Jadi ada fakta yang kontras. Kita berhasil mengelola hutan, sementara di belahan lain termasuk negara-negara maju seperti AS, Australia, dan Eropa dilanda karhutla yang terbesar selama ini,” ujarnya.