JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah mengadakan uji jalan (road test) kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30% (B30). Hasil uji jalan akan menjadi rujukan pemerintah sebelum program B30 dimulai tahun depan.
Dadan Kusdiana, Kepala Badan Litbang Kementerian Enegi Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan tim road test kendaraan B30 melibatkan berbagai pihak antara lain pemerintah, asosiasi bisnis, dan agen tunggal pemegang merek kendaraan serta produsen kendaraan.
“Uji jalan ini menggunakan 11 kendaraan terdiri dari kendaraan penumpang dan truk dengan bobot diatas 3,5 ton. Untuk kendaraan penumpang terdiri dari delapan unit mobil dari empat pabrikan yakni Toyota, Nissan, Mitsubishi, dan DFSK Super Cab. Sedangkan, untuk truk yaitu Fusso, Izusu, dan UD Truck,” jelasnya dalam launching Road Test Kendaraan B30 di Kementerian ESDM, Kamis (13 Juni 2019).
Road test ditandai dengan pelepasan keberangkatan tiga unit truk yang menempuh jarak 40 ribu km. Selain itu, terdapat juga delapan unit kendaraan penumpang berbahan bakar B30 yang akan menempuh jarak 50 ribu km.
Dadan Kusdiana, menuturkan kendaraan penumpang akan menempuh rute Lembang – Cileunyi – Nagreg – Kuningan – Tol Babakan – Slawi – Guci – Tegal – Tol Cipali – Subang – Lembang sejauh 560 km per hari. “Sedangkan truk menempuh rute Lembang – Karawang – Cipali – Subang – Lembang sejauh 350 km per hari,” ungkap pemegang gelar pasca sarjana Universitas Kyoto, Jepang.
Road test penggunaan B30 ini tidak hanya dilaksanakan pada kendaraan darat bermesin diesel. Dalam waktu dekat, pengujian sejenis juga akan dilakukan pada kereta api, angkutan laut, dan alat berat di pertambangan. Dari mandatori B30 ini, diharapkan konsumsi biodiesel dalam negeri akan meningkat hingga mencapai 6,9 juta kilo liter. Untuk diketahui, konsumsi biodiesel pada tahun 2018 telah mencapai 3,8 juta kilo liter, dimana implementasi B20 telah dilakukan secara luas.
Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa pengembangan bahan bakar biodiesel merupakan program strategis pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi melalui diversifikasi energi dengan mengutamakan potensi energi lokal.
“Tak hanya itu, keberadaan program biodiesel nasional akan menghemat devisa, mengurangi ketergantungan impor BBM, dan meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui hilirisasi industri kelapa sawit,” ujar Dadan.
Dadan menerangkan pengembangan bahan bakar biodiesel merupakan program strategis pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi melalui diversifikasi energi dengan mengutamakan potensi energi lokal. “Tak hanya itu, keberadaan program biodiesel nasional akan menghemat devisa, mengurangi ketergantungan impor BBM, dan meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui hilirisasi industri kelapa sawit,” kata Dadan.
Pelaksanaan road test ini merupakan wujud sinergi antara lembaga litbang pemerintah dan industri dalam kebijakan sektor ESDM. Koordinator dan pelaksana kegiatan uji adalah Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3tek KEBTKE) KESDM, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas (LEMIGAS) KESDM, Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD) BPPT, serta Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) BPPT.
Adapun pendanaan road test berasal dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit. Dukungan lain yang diberikan industri adalah bantuan bahan bakar dari PT Pertamina (Persero) dan Asosiasi Produsen Bioufel Indonesia (APROBI), serta penyediaan kendaraan uji dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).