Traktor Erreppi Buffal dirancang untuk semua medan dengan menjaga kelestarian lingkungan, memberikan solusi inovasi, terutama daya lebih kuat dan kompeksi rendah serta penggunaan yang serbaguna.
Seiring dengan kebutuhan minyak nabati dunia, industri minyak sawit memiliki prospek yang cerah. Dapat diprediksi pada tahun-tahun mendatang permintaan minyak sawit akan terus meningkat. Namun di sisi lain, industri sawit Indonesia juga menghadapi tantangan yaitu dengan adanya regulasi moratorium. Melalui regulasi tersebut, pelaku usaha sawit diharapkan tidak lagi melakukan ekspansi lahan untuk meningkatkan produktivitas, melainkan harus meningkatkan produksi dan produktivitas dengan lahan yang ada.
Lalu bagaimana pelaku usaha sawit berupaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitasnya? Tentunya berbagai hal dapat dilakukan mulai dari bibit, perawatan hingga manajemen panen dengan pendukung alat panen atau dukungan mekanisasi.
Kondisi tersebut menjadi daya tarik bagi produsen produk sebagai pendukung mekanisasi di pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit untuk memasukkan produknya ke Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Demikian pula, produsen alat angkut di perkebunan kelapa sawit dengan merek Erreppi asal Italia. Market Development Manager, SEA & Africa Country, Ir. Arlimda Arkeman, MT mengungkapkan pihaknya sejak 2004 sudah mulai mengenalkan alat angkut (Traktor Erreppi) di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia.
”Alat panen ini biasa disebut Buffalo. Dikalangan petani sawit, Buffalo merupakan alat angkut didalam lahan (infield collection equipment). Bahkan, kami mengklaimnya sebagai alat mekanisasiyang petama diperkenalkan pada industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia,” jelas beliau dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Majalah Sawit Indonesia, beberapa waktu lalu.
Selanjutnya, Arlimda menguraikan alat angkut (Errepi) terlahir dari aktivitas pertanian dan perkebunan.Traktor Erreppi Buffalo, dirancang untuk semua medan, dengan menjaga kelestarian lingkungan, memberikan solusi inovasi, terutama daya lebih kuat dan kompeksi rendah serta penggunaan yang serbaguna adalah suatu keharusan.
“Efisien, terjangkau dan mudah dirawat, prototipe pertama traktor khusus ini diluncurkan pada awal tahun 2000-an, sebagai solusi mekanis untuk pengumpulan buah sawit atau Tandan Buah Sawit (TBS) di sektor perkebunan kelapa sawit. Dan kini ada jawaban inovasi bagi banyak petani di berbagai sektor, terutama yang hemat konsumsi bahan bakar dan tanpa terjadi pemadatan tanah,”ujar Ir. Arlimda Arkeman, MT yang merupakan alumni Jurusan Teknik Mesinn Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jakarta.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 131)