Tim riset dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) berhasil menunjukkan adanya potensi besar dari limbah sawit (tandan kosong kelapa sawit), yang dapat dijadikan sumber karbon untuk baterai.
Pencarian sumber energi terus dilakukan untuk kebutuhan energi di masa depan. Salah satunya hasil penelitian yang dilakukan tim riset mahasiswa yang terdiri Naila Khoirina (ketua peneliti), Isifaul Amla’ah, Nisrina Lutfi Apriliani, Shoffanisa Afia Zahra dari Universitas Negeri Semarang, menunjukkan adanya potensi besar dari limbah sawit (tandan kosong kelapa sawit), yang dapat dijadikan sumber karbon untuk baterai.
Penelitian dengan judul “Sintesis Reduce Graphene Oxide Terdoping Nitrogen Berbasis Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Performa Elektrokimia pada Katoda Baterai Litium Ion”, turut berpartisipasi pada lomba riset sawit tingkat mahasiswa tahun 2022/2023.
Bahkan, dari penelitian itu, mengantarkannya menjadi juara I, Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2022/2023, yang diadakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, yang diumumkan pada awal Maret lalu, di Yogyakarta.
Tujuan dari riset yang dilakukan Naila Khoirina dan tim yaitu untuk menganalisis pengaruh suhu aktivasi terhadap luas permukaan karbon, menganalisis pengaruh doping nitrogen terhadap reduced graphene oxide dan performa elektrokimianya, dan menganalisis pengaruh perpaduan nanokomposit LiFePO4/C pada katoda terhadap performa elektrokimia baterai lithium ion.
Naila Khoirina mengatakan penelitian yang dilakukan bersama tim, dilatarbelakangi karena banyaknya limbah dari pengolahan minyak sawit yang meninggalkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).
“Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia, tingginya produksi sawit menghasilkan limbah yang terus bertambah. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan – Kementerian Pertanian (2021), potensi limbah sawit mencapai 7,5 ton/ha/tahun. Sayangnya, limbah sawit ini masih minim untuk dimanfaatkan seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TTKS),” ujar Naila.
Diketahui TKKS hanya digunakan untuk pupuk organik, Bioetanol, serta serat bahan pembuat kertas. Namun, jika dilihat lebih dalam, komposisi yang ada pada TKKS yaitu memiliki 50% selulosa, 30% hemiselulosa, dan 20% lignin. Tingginya kadar selulosa yang ada pada TKKS berpotensi digunakan sebagai sumber karbon. Tahukah, bahwa karbon dapat digunakan sebagai bahan konduktif elektroda baterai litium (ion).
Dijelaskan Naila, umumnya baterai elektroda terdiri dari elektroda, separator dan elektrolit. Baterai litium ion adalah media penyimpanan energi yang sangat prospek di masa depan karena memiliki performa yang sangat baik, penyimpanan yang lama, aman serta pengisiancepat. yang umum digunakan baterai litium menggunakan Lithium Cobalt Oxide (LiCoO2) yakni logam berat yang berbahaya bagi lingkungan, harganya yang cukup mahal dan bersifat reaktif. “Sehingga perlu mengganti material Lithium Cobalt yang lebih ramah lingkungan dan harganya yang relatif murah serta tidak bersifat reaktif,” jelasnya.
Selanjutnya, ia mengatakan Litium Lithium Ferrophospate (LiFePO4), diharapkan dapat menjadi pengganti LiCoO2. Namun, sayangnya LiFePO4 masih memiliki kekurangan yaitu konduktivitasnya yang rendah, sehingga dibutuhkan sumber konduktif pendukung untuk mengatasi kekurangandari LiFePO4. Karbon memiliki luas permukaan yang besar dan konduktivitas yang tinggi, sehingga dapat menjadibahan pendukung pada LiFePO4. Karbon memiliki beberapa turunan salah satunya graphene oxide.
“Dengan bangga mempersembahkan Sintesis reduce graphene oxide Terdoping Nitrogen Berbasis Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Performa Elektrokimia pada Katoda Baterai Litium Ion, pada lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa tahun 2022/2023,” lanjut Naila, saat paparan hasil penelitian, pada Rabu (1 Maret 2023).
Diketahui, baterai (Battery) adalah sebuah sumber energi yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi listrik yang dapat digunakan seperti perangkat elektronik. Hampir semua perangkat elektronik yang portabel seperti handphone, laptop, dan maianan remote control menggunakan baterai sebagai sumber listriknya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 138)