JAMBI, SAWIT INDONESIA – PT Sari Aditya Loka (SAL), perusahaan perkebunan sawit di Jambi, memiliki hubungan harmonis dengan Kelompok Orang Rimba selama ini. Di tengah masa pandemi Covid-19, hubungan ini terus dipererat supaya Kelompok Orang Rimba tidak tertular wabah ini melalui penerapan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah.
Tetapi hubungan harmonis ini berupaya dirusak sejumlah pihak melalui pernyataan pers yang tendensius. Berita sejumlah media yang menyebutkan terjadi konflik antara PT Sari Aditya Loka (SAL), perusahaan perkebunan sawit di Jambi, dengan salah satu kelompok Orang Rimba tidak sesuai fakta di lapangan. Apalagi, sumber berita berdasarkan pernyataan pers yang disebarkan oleh salah satu LSM yang dikenal antisawit.
“Sama sekali tidak sesuai kondisi yang sesungguhnya. Karena itu kami memberikan klarifikasi,” kata Muhamad Husni, Manager Humas PT Sari Aditya Loka, dalam keterangan persnya di Jambi, Jumat (16 Mei 2020).
Dalam press release yang disebarkan sepihak oleh sebuah LSM antisawit,
disebutkan bahwa security PT SAL melakukan pemukulan tehadap sejumlah Orang Rimba. Fakta di lapangan, justru beberapa Orang Rimba menyerang dan memukul security perusahaan karena mendapatkan himbauan tidak mengambil berondolan di area kebun inti perusahaan.
Himbauan ini sejalan dengan arahan protokol di tengah pandemi covid-19, agar perusahaan mencegah dan membatasi akses orang luar masuk ke dalam kebun. Bahkan karyawan juga diminta agar tetap di dalam kebun saja selama covid-19.
“Petugas keamanan perkebunan hanya menjalankan tugas bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan semua pihak, termasuk keselamatan Orang Rimba yang hidup berdampingan di sekitar perusahaan,” kata Husni.
Menurut dia, petugas keamanan bertemu Orang Rimba kelompok Sikar mencoba berdialog terkait larangan selain karyawan memasuki perkebunan. Hal itu dilakukan karena adanya protokol operasional pencegahan COVID-19.
Kendati sempat menuruti imbauan itu, Husni mengatakan petugas keamanan malahan dikeroyok yang diduga pelakunya Orang Rimba pada malam harinya.
Konflik yang terjadi di pemukiman Orang Rimba terjadi ketika orang desa sekitar melihat warganya yang menjadi petugas keamanan perusahaan dikeroyok mencari pelakunya.
“Justru kami menyelamatkan Orang Rimba dari aksi balas dendam warga yang tidak terima ada warga mereka dikeroyok Orang Rimba. Fakta ini disembunyikan oleh LSM,” katanya.
Husni mengatakan PT SAL lalu menghubungi polisi setempat untuk menghindari konflik lebih lanjut. Upaya mediasi terus dilakukan sampai saat ini.
“PT SAL ingin hidup dalam suasana harmonis seperti selama ini sudah berjalan bersama masyarakat desa sekitar maupun Orang Rimba. Apalagi di tengah suasana pandemi yang mengharuskan semua pihak bekerja sama lebih erat lagi,” kata dia.
Dia mengatakan PT SAL telah memberikan bantuan beras dan sembako selama pandemi covid-19 kepada masyarakat, termasuk kepada Orang Rimba. Bahkan, menurut dia, bantuan juga diberikan kepada Orang Rimba setiap bulannya sebelum pandemik.