Setelah tertunda dua tahun lamanya, Borneo Forum ke-5 kembali hadir di bumi Kalimantan. Kegiatan tahunan ini akan diselenggarakan di Swiss-Belhotel Danum, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dari 23-25 Agustus 2022.
Dwi Dharmawan, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Provinsi Kalimantan Tengah menjelaskan bahwa kelapa sawit mempunyai peranan untuk mengentaskan kemiskinan, pengembangan energi baru terbarukan, memperbaiki kualitas lingkungan, dan menurungkan emisi gas rumah kaca.
“Melihat kontribusi sawit yang luar biasa besar bagi Indonesia khususnya ekonomi Kalimantan, maka kegiatan tahun ini akan membahas tema perimbangan anggaran daerah bagi komoditas sawit dan turunannya. Lalu dibahas pula kontribusi sawit bagi perekonomian Kalimantan,” ujar Dwi melalui sambungan telepon.
Di sesi pembahasan perimbangan anggaran daerah akan diundang 5 gubernur se-kalimantan antara lain Sugianto Sabran (Gubernur Kalimantan Tengah), Isran Noor (Gubernur Kalimantan Timur), Sutarmidji (Gubernur Kalimanta Barat), Zainal Arifin Paliwang (Gubernur Kalimantan Utara), dan Sahbirin Noor (Gubernur Kalimantan Selatan).
“Para Gubernur akan menyampaikan gagasannya berkaitan dana bagi hasil sawit yang akan dipandu oleh Aviliani. Pelaku industri akan mendengarkan gagasan sawit,” ujar Dwi.
Sesi menarik lainnya adalah penyampaian hasil analisis dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) mengenai Analisis Komparasi Kemajuan Sosial, Ekonomi, dan Ekologi Antara “Desa Sawit Vs Desa Non-Sawit” di Indonesia. Studi ini dipimpin oleh Dr. Tungkot Sipayung (Direktur Eksekutif) bersama peneliti lain yaitu Sachnaz Desta Oktaria (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), Fredian Tony Nasdia (IPB University), Risna yanti Ulfa Aulia dan Lily Maziah (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute/PASPI).
Dalam ringkasan eksekutifnya dijelaskan bahwa tujuan studi ini utuk menganalisis perbandingan kemajuan ekonomi, sosial, ekologi antara desa sawit dan non sawit, dan selanjutnya menganalisis kemajuan ekonomi, sosial, dan ekologi antara desa sawit dan non sawit. Studi ini dilakukan pada 524 desa yang terdiri dari 262 Desa Sawit dan 262 Desa Non-Sawit pada Top-8 Provinsi Sentra Kelapa Sawit Indonesia yakni Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh.
Topik lainnya membahas budidaya tanaman non sawit oleh Wayan Supadno, Petani Sawit yang tinggal di Pangkalan Bun. Mantan Perwira TNI-AD ini sukses mengelola satu blok kebun di perkebunan sawit yang ditanami pohon durian, Alpukat, Kelapa Genjah dan Jeruk Chokun.
“Kami ingin berbagi informasi dan pengetahuan mengenai budidaya tanaman diluar sawit. Pak Wayan akan menyampaikan pengalamannya sebagai petani yang mampu mengelola sawit dan non sawit di kebunnya,” kata Dwi.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 130)