Teknologi genom bisa membantu menciptakan varietas benih baru sesuai kebutuhan industri sawit nasional. Sebagai contoh, menghasilkan benih resisten ganoderma dan mengidentifikasi kualitas minyak dari berbagai sumber oleifeira.
Teknologi genom sudah diaplikasikan ke dalam kegiatan sektor pertanian dan perkebunan di sejumlah negara. Secara umum, genom adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gen dari sebuah organisme. Tujuannya untuk mencari dan menemukan gen yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan penyilangan sebagai contoh di tanaman.
“Genomik itu dapat membantu proses persilangan benih dan menemukan gen dari benih unggul lebih cepat dan mudah,” jelas Muhammad Arief Budiman, Peneliti Orion Genomics dalam perbincangan di Jakarta, pada awal April.
Di kelapa sawit, menurut Arief Budiman, teknologi genom sudah diaplikasikan untuk berbagai macam kegiatan. Misalkan saja kerjasama Orion Genomics dan Malaysian Palm Oil Board (MPOB) yang menemukan gen pengatur kandungan minyak sehingga bisa diketahui mana tanaman dura, pisifera, dan tenera.
Tiga tahun lalu, Muhammad Arief Budiman bersama kelompok peneliti MPOB menerbitkan penelitian berjudul “The Oil Palm Shell Gene Controls Oil Yield And Encodes a Homologue of Seedstick”. Penelitian ini adalah terobosan di industri kelapa sawit dunia karena membantu peningkatan produktivitas sawit.
Riset tersebut sudah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature dan mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan baik akademisi, pelaku usaha, dan NGO. Pasalnya, penerapan riset ini menjadi jalan keluar untuk kegiatan identifikasi semua gen di tanaman kelapa sawit.
Salah satu nilai penting dari riset tersebut adalah penemuan “gen shell” yang diketahui punya peranan mengatur ketebalan tempurung buah sawit yang berhubungan dengan ukuran buah dan produksi minyak yang dapat dihasilkan. Dengan memanfaatkan “gen shell” ini, produsen bisa memakai penanda (marker) genetik untuk mana bibit yang akan berbuah dura, pisifera, dan hybrid (tenera).
” Jika saya tanam bibit di lapangan tidak tahu mana yang dura dan tenera. Dengan penelitian kami dapat diketahui mana bibit yang bisa menghasilkan tenera sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Selama ini, baik petani atau pengusaha baru tahu jenis buah yang dihasilkan setelah bibit sawit masuk usia empat sampai lima tahun ke depan,” ujar Arief.
Orion bekerjasama dengan MPOB dalam pemetaan gen di tanaman sawit. Setelah membuat peta genom dapat ditemukaan gen yang mengatur warna kulit buah, gen yang mengatur shell dan berbagai macam. Setelah itu kami cari manfat gen-gen tersebut untuk industri sawit.
“Selain itu, teknologi genom bisa membantu proses seleksi induknya. Sehingga benar-benar diketahui mana induk dura atau pisifera dan ini semua tanaman bisa diuji,” ujar pria kelahiran Yogyakarta ini. (Qayuum)
(Selengkapnya Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Maret-15 April 2016)