Berbagai kegiatan di perkebunan sawit (industri hulu sawit) seperti pembibitan, pemupukan, panen dan pengangkutan sudah mengaplikasikan teknologi digitalisasi
Perkembangan teknologi digital saat ini sudah masuk keberbagai sektor industri, tak terkecuali sektor industri sawit. Industri sawit saat ini sudah masuk kedalam digitalisasi atau era industri 4.0. Berbagai kegiatan seperti pembibitan, pemupukan, panen dan pengangkutan sudah dilakukan dengan sistem digitalisasi. Hal itu diungkapkan Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) periode 2012-2020, saat menjadi salah satu pembicara Webinar bertema “Transformasi Digital untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia”, pada Senin (4 Juni 2021).
Dikatakan Derom, masa depan memerlukan teknologi tinggi karena itu, industri sawit dari sekarang sudah mulai memasuki tahap digitalisasi. “Dengan teknologi ini kami yakin dapat meningkatkan produktivitas, bibit bermutu, digitalisasi operasional perkebunan dan industri sawit,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia menjelaskan digitalisasi juga dapat meningkatkan efisiensi sekaligus menyesuaikan cara-cara New Normal pada masa pandemi ini. Hingga kini di perkebunan tidak ada dilakukan lock down karena mengikuti protokol kesehatan dengan baik.
“Selain itu, kegiatan pembibitan, pemupukan, panen dan pengangkutan dapat lebih efisien dengan cara digitalisasi. Saat ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) memperkenalkan DxP PPKS 540 diklaim dapat memproduksi tandan buah segar (TBS) mencapai 35 ton/ha dan minyak sawit mentah (CPO) 10 ton/ha,” lanjut Derom.
Secara kalkulasi, apa bila luas areal perkebunan sawit 16,38 juta ha itu mencapai 70% saja menggunakan bibit sawit dari PPKS (DxP PPKS 540), maka total produksi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia bisa mencapai 100,9 juta ton/tahun. “Itulah suatu capaian yang kita yakini dapat diperoleh masa depan dengan digitalisasi,” kata Derom.
Hal senada, terkait dengan teknologi digital yang sudah diaplikasikan di sektor pertanian/perkebunan, Chief Executive Officer Esri Indonesia, Ahcmad Istamar mengatakan penerapan Geo-Al dalam pertanian presisi dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ini dapat memonitor tanaman, kandungan nitrogen dan kadar tanah.
“Dengan menggunakan teknologi ini (digital) tidak hanya melakukan deteksi mengenai tanaman sehat dengan mengidentifikasi dari warnanya namun juga bisa menganalisa pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu,” kata Ahcmad
Kemudian, tekonologi tersebut juga bisa diaplikasikan untuk pengendalian penyakit tanaman menggunakan mesin dapat mengidentifikasi tanaman yang memiliki penyakit. “Kita bisa melihat pokok-pokok tanaman yang terdampak dari penyakit berdasarkan pola penyebarannya dan ini membantu untuk penanganan penyebaran penyakit atau hama,” terang Achmad.
Misalnya, dalam kegiatan panen dibutuhkan pengetahuan mengenai kematangan Tandan Buah Sawit (TBS) karena ini menyangkut proses pengolahan minyak sawit. “Kami saat ini sedang melakukan penelitian dengan komputer untik melihat tingkat kematangan buah sehingga tingkat kematangan bisa standar yang mampu diakses oleh semua orang,” imbuh Achmad menjelaskan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 116)