PT Teladan Prima Agro Tbk berencana melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Dana IPO akan digunakan meningkatkan kapasitas dan kinerja perusahaan.
Nama PT Teladan Prima Agro Tbk sangat dikenal pengusaha perkebunan sawit di Kalimantan Timur. Perusahaan yang beroperasi lebih dari 25 tahun lamanya ini berencana melepas 2,19 miliar saham atau 15% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Dengan kisaran harga Rp 520-Rp 600 per saham, perseroan berpotensi menerima dana jumbo Rp 1,3 triliun.
Dalam prospektusnya dijelaskan dana IPO akan digunakan untuk membiayai akuisisi perusahaan kelapa sawit dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dengan penambahan lahan produktif dan pengolahan. “Perseroan masih melakukan tinjauan target perusahaan yang akan diakuisisi dan belum melakukan perikatan dengan pihak ketiga,” tulis prospektus tersebut.
Selain itu, dana IPO sebagai modal kerja guna menjaga rata-rata umur tanam prima. Pembelanjaan modal diharapkan membuat perusahaan dan anak usaha efisien dalam kegiatan operasional.
Lebih lanjut, dana IPO untuk membayar sebagian pokok utang kepada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak Rp 515, 43 miliar. Kemudian, dana IPO akan diberikan kepada perusahaan anak yakni belanja modal PT Telen Prima Sawit, serta penyertaan modal pada PT Daya Lestari dalam rangka membangun pembangkit listrik biogas di Kutai Timur.
Direktur Utama Teladan Prima Agro Wishnu Wardhana mengatakan, belanja modal sepanjang 2022 berkisar Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar. Selama ini sumber pendanaan diambil dari kas internal. Namun jika dibutuhkan, perseroan memiliki fasilitas pinjaman yang cukup besar dari beberapa bank.
“Belanja modal sekitar Rp 200 miliar-300 miliar, diperuntukkan bagi capex non-akuisisi,” kata Wishnu dalam paparan publik, Jumat (18/3/2022).
Rencana bisnis perusahaan di tahun ini antara lain pengembangan biogas plant, pembangunan dan pengembangan pabrik PKO (palm kernel oil), serta menambah lahan melalui akuisisi.
Dari melepas saham sebanyak-banyaknya 2,19 miliar ditargetkan perusahaan meraup dana segar sebanyak Rp 1,3 triliun. Adapun harga IPO pada kisaran Rp 520-600 per saham.
Komposisi penggunaan dana IPO ini diantaranya sebanyak 32% untuk belanja modal, 23% akuisisi perusahaan perkebunan, 5% untuk pembangunan pabrik pengolahan inti sawit, 4% untuk pembangunan pabrik biogas, dan 68% untuk pembayaran dipercepat sebagian pokok utang bank.
Saat ini, perseroan memiliki lebih dari 60 ribu hektare. Wishnu menjelaskan rencana akusisi ini akan disesuaikan dengan jumlah kapasitas pengolahan secara signifikan bersamaan juga dengan jumlah lahan perseroan.
PT Teladan Prima Agro Tbk mengelola 13 unit perkebunan kelapa sawit, enam pabrik kelapa sawit, dan dua terminal khusus yang seluruhnya berlokasi di Kalimantan Timur. Total area tertanam dari perkebunan milik TLDN ini seluas 60,468 ha, yang terdiri atas 48.545 ha perkebunan inti dan 11,923 ha perkebunan plasma.
“Secara pendapatan juga akan meningkat, bersamaan dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Sebagai informasi, hingga September 2021, kami membukukan margin EBITDA sebesar 40%. Jika terjadi akuisisi, otomatis peningkatan terhadap revenue akan terjadi bersamaan juga dengan peningkatan margin EBITDA yang sudah ada di level 40%. Margin EBITDA saat ini sudah ada di posisi yang baik,” ujar Wisnu.
Antara 2018-2020, volume penjualan minyak sawit mentah (CPO) TPA meningkat pada tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) selama rentang periode tersebut sebesar 13,2%, sehingga menghasilkan CAGR pendapatan sebesar 18,6%. Yield produksi TBS Inti TPA mencapai 21,4 ton/hektar pada tahun 2020.
Untuk menunjukkan kualitas operasi usahanya, TPA telah mengembangkan perangkat pengumpulan data, pemantauan, serta pelaporan, terkait aspek ekonomi, lingkungan, sosial, tata kelola (EESG) berbasis digital, yaitu TLDN Green Metrics (TGM). Perangkat ini membantu manajemen dalam pengambilan keputusan operasional serta melandasi langkah aksi korporasi yang berorientasi pada teknologi modern yang transparan dan progresif.
Dengan implementasi TGM ini, TPA dapat melakukan transformasi visi dan kebijakannya menjadi hasil-hasil empiris yang terukur dan dapat diverifikasi pada semua aspek pengelolaan keberlanjutan. Perangkat ini memungkinkan manajemen untuk secara efektif menganalisis dan memeriksa data EESG di seluruh perusahaan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan pada operasinya. Salah satu contoh paling komprehensif dari pertanian berbasis digital, yang mampu diolah TGM, adalah penggabungan Big Data dari sekitar 30 data points dengan lebih dari 1 juta data yang mencakup analisa historis untuk digunakan manajemen dalam pertimbangan pengambilan keputusan serta prediksi atas situasi lapangan kedepannya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)