Petani sawit menghadapi persoalan legalitas yang sulit terselesaikan. Di satu sisi, petani dihadapkan kewajiban praktik sustainability. Tetapi solusi dari pemerintah tak juga hadir. Belum lagi persoalan harga pupuk tinggi.
Di akhir Desember 2021, Ketua Umum APKASINDO; Dr. Ir. Gulat M. E. Manurung, MP., C. APO Bersama Sekretaris Jenderal DPP APKASINDO; Rino Afrino, ST., MM mengulas kembali pencapaian peran APKASINDO sebagai wadah perjuangan petani kelapa sawit Indonesia yang mempunyai tujuan utama meningkatkan daya saing perkebunan sawit rakyat guna mewujudkan kesejahteraan, keberlanjutan dan kesetaraan petani kelapa sawit Indonesia.
APKASINDO selama perjalanan waktu 2021 melihat upaya peningkatan daya saing perkebunan sawit rakyat berkelanjutan setidaknya mencakup 5 Aspek yaitu 1) Bagaimana Menjaga HargaTBS.
2) Bagaimana Mengoptimalkan Produktivitas dan Menekan Biaya Pokok Produksi.
3). Bagaimana mengelola kepastian dan perlindungan asset petani.
4). Bagaimana meningkatkan SDM Petani.
5). Bagaimana membangun komunikasi lintas sectoral terkhusus dalam regulasi sawit.
Salah satu strategi dalam pemenuhan kelima aspek tersebut maka Konsep Kemitraan Strategis dan Setara menjadi solusi, tanpa Kemitraan tersebut mustahil tujuan mulia tersebut akan tercapai. Kemitraan yang dimaksud oleh APKASINDO mempunyai Dimensi Ganda, yang pertama Kemitraan Rantai Pasok meliputi mulai dari pelaku sector hulu sampai sektor hilir kelapa sawit, dan yang kedua kemitraan antar Lembaga, baik dengan Kementerian/Lembaga terkait, maupun kelembagaan sektor swasta.
Menghadapi tahun 2022, APKASINDO menyadari tantangan yang lebih besar bagi petani kelapa sawit secara keseluruhan dan APKASINDO secara khusus, terlebih karena masih kurangnya penyerapan dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), tenggat waktu sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang semakin mendekat (Wajib ISPO 2025), bagaimana mempertahankan harga TBS pada level balance, menekan kenaikan harga SARPRAS, lambatnya Implementasi UUCK dan yang terakhir yaitu tumbuh berkembangnya NGO dengan melibatkan Perguruan Tinggi dalam merancang dan membujuk pemerintah untuk menerbitkan regulasi yang justru merugikan sawit Indonesia, terkhusus petani sawit.
Gulat Manurung dan Rino Afrino memaparkan misi APKASINDO berdasarkan urutan skala prioritas dalam menjawab isu strategis di 2022 guna mencapai kedua cita petani kelapa sawit Indonesia diatas, sebagai berikut:
- Harga Tandan Buah Segar (TBS)
Tren peningkatan rata 2x harga TBS di sepanjang tahun 2021 menunjukkan peningkatan 42,47% dibandingkan rata 2x harga TBS disepanjang tahun 2020. Hal ini sangat berdampak pada pendapatan petani dan kegiatan roda ekonomi di sentra sentra kelapa sawit.
Namun demikian masih banyak pekerjaan rumah terkait proses penetapan harga yang masih terjadi keberagaman dan ketimpangan antar provinsi. Baik dalam tatanan penetapan harga tingkat provinsi maupun tatanan harga yang dikeluarkan pabrik kelapa sawit.
Pada semester 2 tahun 2021 petani kelapa sawit dikejutkan oleh kenaikan harga pupuk yang mencapai 100%. Hal ini sangat mempengaruhi harga pokok produksi petani yang dapat berdampak petani mengurangi/menunda pemupukan yang berimplikasi penurunan produksi TBS ditahun depan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit indonesia, Edisi 123)