JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Komoditas sawit berperan besar untuk menopang surplus neraca perdagangan RI sampai pertengahan tahun ini. Selain itu, pemakaian biodiesel berbasis sawit menghemat duit negara sebesar US$1 miliar.
Dalam rilisnya, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) menyebutkan kendati harga minyak sawit dunia belum menggembirakan tetapi sampai semester pertama tahun ini nilai ekspor bersih CPO Indonesia mencapai sekitar 8 miliar dollar Amerika Serikat.
Dengan menggunakan kurs rupiah Rp 13.300, ini artinya nilai ekspor sawit setara dengan Rp. 106 triliun. Mengacu data Bank Indonesia bahwa neraca perdagangan (trade account) Indonesia sampai semester 1/2016 bahwa nilai total ekspor Indonesia mencapai sekitar US$ 69,5 miliar. Sedangkan nilai impor total mencapai US$ 65,92 miliar. Secara keseluruhan terjadi surplus sebesar US$3,6 miliar.
Yang menarik, dalam analisis PASPI disebutkan dari nilai ekspor bersih minyak sawit Indonesia mencapai sekitar US$ 8 miliar. Seandainya tidak ada ekspor sawit, nilai ekspor Indonesia pada pertengahan tahun ini sekitar US$ 61,5 miliar. Maka, dengan nilai impor yang sebesar US$ 65,9 miliar tersebut tanpa ditopang neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ 4,4 miliar. Dapat dikatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia tersebut disebabkan oleh ekspor sawit.
PASPI menyebutkan nilai devisa sebesar itu, merupakan terbesar saat ini untuk ukuran satu komoditas/produk dalam perekonomian Indonesia. Bahkan untuk ukuran neraca perdagangan Indonesia sampai semester 1/2016, nilai ekspor sawit tersebut bukan hanya cukup besar tetapi juga ampuh menyehatkan neraca perdagangan Indonesia.
Kontribusi industri sawit dalam neraca perdagangan juga terdapat dalam penghematan impor solar. Mengacu pada data Kementerian ESDM, sampai semester 1/2016 program mandatori biodiesel sawit menghemat impor solar sekitar 3,2 juta kilo liter atau senilai dengan penghematan devisa impor solar sekitar US$ 1 miliar. Pengurangan impor solar tersebut memperbaiki neraca perdagangan migas berupa penurunan defisit menjadi sekitar US$2,1 miliar. Jika tidak ada pencampuran solar dengan biodiesel sawit neraca perdagangan migas sampai semester 1/2016 akan defisit sebesar US$ 3,1 miliar.
Sebagaimana diketahui bahwa sejak Januari 2016, pemerintah telah menjalankan mandatori biodiesel yakni mencampur 20 persen biodiesel sawit dalam konsumsi solar domestik, sehingga mengurangi impor solar.
Kontribusi ekspor sawit sebagai penyelamat neraca perdagangan RI yang demikian, bukan hanya terjadi pada tahun 2016 ini. Setidaknya sejak lima tahun lalu sudah berlangsung. Tanpa ekspor sawit, neraca perdagangan sektor non migas nasional defisit permanen. Kehadiran ekspor sawitlah yang membuat neraca perdagangan sektor non migas nasional mengalami surplus secara konsisten dalam lima tahun terakhir.
Nilai devisa dari ekspor sawit tersebut juga lebih berkualitas dilihat dari konteks pembangunan. Devisa sawit tersebut dihasilkan dari 190 kabupaten di Indonesia, melibatkan sekitar 3 juta petani sawit dan ribuan usaha kecil-menengah suplier barang/jasa kebun. Artinya devisa sawit tersebut bukan hanya berupa angka-angka statistik ekonomi makro semata, tetapi dinikmati oleh masyarakat pada 190 kabupaten tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan devisa, disertai dengan peningkatan pendapatan rakyat, pengurangan jumlah kemiskinan dan memutar roda ekonomi di daerah-daerah tersebut.