Walau sudah punya bengkel dan angkutan TBS, Mus belum puas. Dia kembali menyewa kaplingan orang yang kebetulan malas mengurusi kaplingan sendiri. Waktu itu ada empat kapling yang disewa Mus. Sewanya bervariasi antara Rp. 500 ribu sampai Rp. 700 ribu setahun. Dari satu kapling, Mus bisa mengantongi untung bersih Rp. 200 ribu sebulan.
Lama kelamaan, Mus taklagi mengurusi bengkel sepada. Bengkel itu sudah diserahkan kepada orang lain untuk dikelola. Mus lebih memeilih konsen terhadap truk semata wayangnya. Mobil itu dia seteri sendiri hingga tiga tahun. Tahun 1994, lelaki ini coba-coba membuka peron lokasi penumpukan buah kelapa sawit, pembelian buah. Awalnya usahaini masih jalan di tempat. Hanya bisa dapat untung Rp. 500 ribu sebulan. Tapi lama kelamaan, usaha itu berkembang juga. Dua tahun menjadi tengkulak Mus sudah bisa membeli mobil dua unit colt diesel baru meski menyicil. Dan 10 tahun kemudian, usahanya benar-benar moncer. Mus sudah punya 12 unit truk colt diesel dengan 20 orang karyawan.
Tukang Egrek Bernama Ngadino
Lelaki 48 tahun itu menarik nafas dalam-dalam hingga ujung rokok keretek di bibirnya yang nyaris menjadi puntung, terlihat membara. Mananya Ngadino. Masih jernih tergurat di benak laki-laki 48 tahun ini tentang masa-masa dia menjadi buruh panen TBS di kebun Naga Mas Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar memakai grobak kayu yang ditarik oleh seekor kerbau.
Penulis : Abdul Aziz