Dari hasil kebun itu juga Jumali bisamengumpulkan duit untuk memperbaiki rumah, membeli sepedah motor dan menyekolahkan anak-anaknya. Sebab setiap bulan duit Rp. 2 juta sudah masuk kekoceknya, ditahun itu. Kalau penghasilan seorang warga transmigrasi sudah sebanyak itu , tak perlu kaget kalau setiap bulan, uang yang beredar di satu desa transmigrasi bisa mencapai angka Rp. 1 Milyar. Di desa Tri Manunggal masih mencapai Rp. 1,3 Milyar di tahun 2000 an.
Begitu berwarna warni kehidupan yang bergelut di kebun kelapa sawit ini. Sebab ada yang Cuma punya satu kapling ada pula yang lebih. Yang punya watak dagang bisa pula sekaligus menjadi tengkulak. Lalu seperti apa pula mereka yang bukan petani Plasma? Dibawah ini menjadi cerita tersendiri tentang mereka yang hidup dari kebun kelapa sawit. Kalaupun tak bisa di sebut mereka mewakili para petani kelapa sawit di jamannya, minimal, rata-rata kisah perjalanan para petani kelapa sawit nyaris sama.
Tentang Sekapling Sawit Rumono
Namanya Romono, pemilik salah satu kapling kebun kelapa sawit plasma di Blok C Sei Galuh kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Hanya itu yang dimiliki oleh jebolan sekolah dasar di Banyumas Jawa Tengah ini. Duit lahan itulah yang dia pakai untuk menyekolahkan dua orang anaknya dan membangun rumah di kampung.
Penulis : Abdul Aziz